LAPORAN
PENDAHULUANA
ASUHAN
KEPERAWATAN (ASKEP) PERIKARDITIS
Oleh : Ns.
Yuflihul Khair, S.Kep
A. Definisi
Perikarditis
ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan atau tanpa
disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat transudat
atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh berbagai
macam penyebab. (IKA FKUI, 2007).
Perikarditis
adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral, atau keduanya.
Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik.
Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis,
pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)
B. Etiologi
Penyebab
yang paling sering ialah reuma, yang merupakan 55% dari seluruh kasus.
Perikarditis purulenta/ septic (28%) disebabkan oleh kuman Staphylococcus
aureus, Diplococcus pneumoniae, dan Streptococcus hemolyticus.
Penyebab lainnya ialah tuberculosis, virus Coxsackie, rheumatoid, uremia,
trauma dan idiopatik.
C. Manifestasi Klinis
Nyeri, batuk
kering, demam, fatigue, cemas, ulsus paradoksus, JVD, CRT turun, gangguan
status mental, kreatinin meningkat, cardiac marker meningkat, kardiak marker
meningkat, ST segmen elevasi, PR depresi kecuali segmen aVR. Manifestasi
perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada berat, distribusi,
dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis konstriktif
menurut urutan, yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut, gangguan
abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal
nocturnal dyspnea.
Sebagian
penderita (60%) mengeluh nyeri dada. Sesuai dengan banyaknya cairan yang
terkumpul dalam rongga perikard, maka dapat menimbulkan gangguan hemodinamika
dan akan timbul keluhan sesak nafas dan gejala bendungan vena. Bila disertai
dengan miokarditis (pankarditis) seperti yang sering ditemukan pada
perikarditis reumatik, terdapat pula gambaran gagal jantung kongestif. Kriteria
nyeri pada perikarditis akut dan tajam, berkurang dengan perubahan posisi. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan seorang anak yang tampak sakit berat, dispnea,
takikardi dan terdapat palsus paradoksus yaitu melemahnya tau hilangnya nadi
pada inspirasi yang lebih nyata tampak pada pengukuran tekanan darah.
Bila sudah
ada bendungan vena, akan terlihat peninggian tekanan vena jugularis dan
pembesaran hepar yang sukar dibedakan dengan gagal jantung kongestif. Pada
inspeksi iktus kordis tidak terlihat dan pada palpasi juga iktus kordis sukar
ditentukan serta aktivitas jantung berkurang.
Nursing Pathway : Klik Disini
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Elektrokardiografi
Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST
dan perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG
bisa juga normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium. Pemeriksaan
ekokardiografi M-Mode atau dua dimensi sangat baik untuk memastikan adanya
efusi pericardium dan memperkirakan banyaknya cairan pericardium. Pada fase
akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang berbentuk konkaf terutama pada antar
pericardium kiri. Mula-mula T masih normal, kemudian menjadi datar/ negative.
Kelainan T lebih lama menetap, yaitu sampai 2-3 minggu, bahkan kadang-kadang
berbulan-bulan seperti pada perikarditis tuberkulosa. Amplitude QRS dan T akan
mengecil (low voltage) sesuai dengan jumlah cairan yang ada.
Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya
sedikit, tetapi tetap tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle
dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak. Pada
efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu konfigurasi
bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper
normal. Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung
yang berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi
tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada
fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang minimal atau tidak
tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah cairan yang ada dan
besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan angiokardiogram atau
ekokardiogram.
Pemeriksaan LaboratoriLaju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase
akut. Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan
perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis
rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada
perikarditis tuberkulosa dan reumatika. Cairan yang purulen ditemukan pada
infeksi banal. Terhadap cairan perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan
mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap
komposisi protein yang ada dan pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan
langsung, pembiakan kuman atau dengan percobaan binatang yang ditujukan
terhadap pemeriksaan basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.
E. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan
penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa kronis idiopatik dapat
diobati dengan menggunakan indometasin atau kortikosol. Bila efusi pericardium
kronis tetap menimbulkan gejala keluhan, maka perlu dipertimbangkan
perikardiektomi. Bila diagnosis perikarditis konstriktif telah dibuat, maka
perikardiektomi merupakan satu-satunya pengobatan untuk menghilangkan tahanan
pengisian ventrikel pada fase diastolic.
Penatalaksanaan
pada efusi pericardium yang massif adalah dengan melakukan perikardisentesis ke
dalam kantong pericardium dengan tujuan agar proses drainase dari aspirasi
dapat adekuat. (Rubin, 1990). Penatalaksanaan tamponade jantung dengan
pengobatan yang sesegera mungkin dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka
pemeriksaan yang cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis secara tepat,
misalnya pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti pemeriksaan kateterisasi
jantung, harus dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan aspirasi pericardium
dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang lebih
cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat yang
menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan hipotensi dan
evaluasi tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan
tanpa adanya lekuk y, kemungkinan adanya tamponade jantung harus
diperhatikan.
Tamponade
jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang redup di
daerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup bersih, pulsasi
bayangan jantung yang berkurang pada fluoroskopi, pengurangan amplitude QRS,
gangguan listrik dari P, QRS, dan T, serta hal-hal tersebut di awal. Pada
tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya tanpa gejala, atau
mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan dalam hal ini diagnosis
ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamikdan gejala klinis segera
membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.
Perikardiosentesis
merupakan tindakan aspirasi efusi pericardium atau pungsi pericardium. Pungsi
pericardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan mencari etiologi efusi sebagai
penegakan diagnosis dan tindakan invasive untuk pengobatan. Sudut antara
prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini paling aman karena jantung
tidak ditutupi paru sehingga mengurangi kemungkinan penyebaran infeksi ke paru
atau perikarditis purulen. Hal ini juga untuk menghindari tertusuknya arteri
mamaria interna. Lokasi efusi pericardium umumnya berada di bawah, sehingga
cairan yang sedikit pun dapat diperoleh di sini. Peran perawat dalam
pelaksanaan perikardiosentesis adalah mempersiapkan klien sebelum dan sesudah
tindakan, dukungan psikologis, dan persiapan alat tindakan.
F. Komplikasi
1 Tamponade jantung
Tamponade
jantung adalah keadaan yang mengancam nyawa, dimana ditemukan penekanan pada
jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan (darah, nanah) atau gas di ruangan
perikardium (ruangan antara 2 selaput pelapis jantung) yang disebabkan karena
trauma atau robeknya otot jantung, atau karena perembesan cairan (efusi). Hal
ini dapat menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara
optimal.
2 Aritmi jantung
Contoh-contoh
dari atrial tachycardias termasuk atrial fibrillation, atrial flutter, and
paroxysmal atrial tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini terjadi karena
gangguan listrik di atria dan/atau di AV node menyebabkan denyut jantung yang
cepat.
3 Nyeri dada berulang-ulang.
G. Prognosis
Bergantung
kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik ditentukan oleh berat ringannya
miokarditis yang menyertainya. Prognosis perikarditis purulenta ditentukan oleh
cepatnya pengobatan antibiotika yang diberikan dan tindakan bedah yang
dilakukan. Kematian pada perikarditis tuberkulosa menjadi sangat menurun dengan
ditemukannya tuberkulostatikum yang lebih poten. Tanpa tindakan pembedahan
perikarditis konstriktiva mempunyai prognosis yang buruk.
H. Patofisiologi
Proses
inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis akan
memberikan respons sebagai berikut:
- Terjadinya
vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong perikardium.
- Peningkatan
permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein, termasuk fibrinogen
atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.
- Peningkatan
perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
- Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang mungkin.
Perubahan patologis selanjutnya yang
terjadi berupa terbentuknya jaringan parut dan perlengketan disertai
klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun parietal yang menimbulkan suatu
perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat pengembangan
volume jantung pada fase diastolik. Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan
pada perikardium yang sekresinya melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi
perikardium. Pengumpulan cairan intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk
menyebabkan obstruksi serius terhadap masuknya darah ke kedua bilik jantung
bisa menimbulkan tamponade jantung. Salah satu komplikasi perikarditis paling
fatal dan memerlukan tindakan darurat tamponade. Tamponade jantung merupakan
akibat peninggian tekanan intraperikardium dan restriksi progresif pengisian
ventrikel.
I. Tamponade Jantung
Penyebab
tamponade paling sering adalah perdarahan ke dalam rongga perikardium setelah
suatu operasi jantung atau trauma, termasuk yang diakibatkan oleh perforansi
selama prosedur diagnostik: TBC dan tumor, yang kebanyakan adalah karsinoma
paru dan payudara, serta limfoma. Tamponade juga dapat timbul pada perikarditis
idiopatik dan perikarditis akut oleh karena virus, perikarditis
pasca-penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan hemoperikardium sebagai akibat
pengobatan antikoagulan pada klien dengan berbagai bentuk perikarditis akut.
Jumlah
cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 1000 cc bila pengumpulan
cairan tersebut berlangsung lambat, karena perikardium mempunyai kesempatan
untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume cairan yang bertambah
tersebut. Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk menghasilkan tamponade bervariasi
tergantung dari tebalnya miokardium ventrikel, dan kebalikannya dengan tebalnya
perikardium parietal. Lebih sering terjadi adalah tamponade berlangsung lebih
perlahan dan gejala klinisnya menyerupai gagal jantung, termasuk dispnea,
ortopnea, bendungan hati, dan hipertensi vena jugularis.
J. Pengkajian
Anamnesa
1) Identitas pasien.
2) Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafa
3) Riwayat penyakit sekarang : harus ditanya dengan jelas
tetang gejala yang timbul seperti edema perifer, gangguan abdominal, lelah,
ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea .
Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya,
dan stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri dada.
4) Riwayat penyakit dahulu : harus diketahui apakah
pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada trauma dada atau pernah
mengalami serangan jantung lainnya.
5) Riwayat psikososial : respon emosi pengkajian mekanisme koping yang
digunakan pasien juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang
dideritanya dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.
Pemeriksaan fisik
1) B1 : Breathing (Respiratory System) : sesak nafas,
takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)
2) B2 : Blood (Cardiovascular system) : takikardi,
penurunan TD, aritmia jantung.
3) B3 : Brain (Nervous system) : Normal
4) B4 : Bladder (Genitourinary system) : penurunan
frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap.
5) B5 : Bowel (Gastrointestinal System) : Anorexia,
muntah, mual, kekurangan nutrisi.
6) B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument) : Lemah dan
nyeri pada daerah ekstremitas.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan efusi perikardium
2. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan kompresi
perikardial
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan curah
jantung menurun
4. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan
keletihan fisik
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan akumulasi
cairan di pericardium
Intervensi
1) Nyeri berhubungan dengan efusi di pericardium
a) Tujuan : dalam 1x24 jam skala nyeri <2
b) Kriteria Hasil :
· CRT < 3
detik
· TD normal
· Aritmia
jantung (-)
· Penurunan
curah jantung teratasi
Intervensi
|
Rasional
|
Kolaborasi
Berikan
oksigen suplemen sesuai indikasi
|
Memaksimalkan
ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung dan menurunkan
ketidaknyamanan berhungan dengan iskemia.
|
Mandiri
Palpasi
nadi perifer
|
Mengontrol
penurunan curah jantung
|
Istirahatkan
klien dengan tirah baring optimal
|
Menurunkan
kebutuhan pemompaan jantung
|
Observasi
adanya hipotensi, peningkatan JVP, perubahan suara jantung, penuruna tingkat
kesadaran.
|
Manifestasi
klinis pada kardiak tamponade yang mungkin terjadi pada perikarditis ketika
akumulasi cairan eksudat pada rongga perikardial.
|
Pantau
perubahan pada sensorik
|
Menunjukkan
tidak adekuatnya perfusi serebral sebagai dampak sekunder terhadap penuruna
curah jantung
|
Kolaborasi
Pemberian
diet jantung
|
Pembatasan
natrium untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema
|
Pemberian
vasodilator
|
Meningkatkan
curah jantung, menurunkan volume sirkulasi dan tahanan vaskular sistemik,
juga kerja ventrikel
|
2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan kompresi pericardial
a) Tujuan : dalam 3x24 jam penurunan curah jantung
teratasi
b) Kriteria Hasil :
·
CRT < 3
detik
·
Pengeluaran
urine adekuat
·
TD normal
·
Aritmia
jantung (-)
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Palpasi
nadi perifer
|
Mengontrol
penurunan curah jantung
|
Pantau
output urine
|
Mengetahui
respon ginjal dalam menurunkan curah jantung
|
Istirahatkan
klien dengan tirah baring optimal
|
Menurunkan
kebutuhan pemompaan jantung
|
Observasi
adanya hipotensi, peningkatan JVP, perubahan suara jantung, penuruna tingkat
kesadaran
|
Manifestasi
klinis pada kardiak tamponade yang mungkin terjadi pada perikarditis ketika
akumulasi cairan eksudat pada rongga perikardial.
|
Kaji
perubahan pada sensorik
|
Menunjukkan
tidak adekuatnya perfusi serebralk sebagai dampak sekunder terhadap penuruna
curah jantung
|
Kolaborasi
Pemberian
diet jantung
|
Pembatasan
natrium untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema
|
Pemberian
vasodilator
|
Meningkatkan curah jantung, menurunkan volume
sirkulasi dan tahanan vaskular sistemik, juga kerja ventrikel
|
3) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses
penyakit.
a) Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal
b) Kriteria hasil: Mempertahankan atau mendemonstrasikan
perfusi jaringan adekuat secara individual misalnya mental normal, tanda vital
stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran
seimbang.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1. Evaluasi status mental. Perhatikan terjadinya
hemiparalisis, afasia, kejang, muntah, peningkatan TD.
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai
dengan takipnea, nyeri pleuritik, sianosis, pucat.
3. Tingkatkan tirah baring dengan tepat.
4. Dorong latihan aktif/ bantu dengan rentang gerak
sesuai toleransi.
|
1. Indikator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada
otak.
2. Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan / atau organ
vital lain, dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit katup, dan/ atau
disritmia kronis
3. Dapat mencegah pembentukan atau migrasi emboli pada
pasien endokarditis. Tirah baring lama, membawa resikonya sendiri tentang
terjadinya fenomena tromboembolic.
4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan aliran balik vena
karenanya menurunkan resiko pembentukan thrombus.
|
Kolaborasi
Berikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin
(coumadin)
|
Heparin
dapat digunakan secara profilaksis bila pasien memerlukan tirah baring lama,
mengalami sepsis atau GJK, dan/atau sebelum/sesudah bedah penggantian katup.
Catatan :
Heparin kontraindikasi pada perikarditis dan tamponade jantung. Coumadin
adalah obat pilihan untuk terapi setelah penggantian katup jangka panjang,
atau adanya thrombus perifer.
|
.
4) Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan dan keletihan
fisik
a) Tujuan : meningkatkan kemampuan beraktifitas
b) Kriteria Hasil :
·
Klien mampu
bermobilisasi di tempat tidur
·
Aktivitas
sehari – hari klien terpenuhi
Intervensi
|
Rasional
|
Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas senggang
yang tidak berat
|
Mengurangi kebutuhan oksigen
|
Anjurkan menghindari tekanan abdomen, seperti
mengejan saat defekasi
|
Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan takikardi, serta peningkatan TD
|
Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki
klien
|
Untuk meningkatkan vena balik
|
Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit krisis
|
Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu vena
balik
|
Bantu mobilisasi pasien
|
Mencegah dekubitus
|
5) Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi bakteri di pericardium
a) Tujuan : Tidak terjadi infeksi
b) Kriteria Hasil :
·
Akumulasi cairan
(-)
·
Tanda-tanda
infeksi (-)
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
Pantau suhu pasien
|
Suhu pasien merupakan tanda-tanda terjadinya
infeksi
|
Kolaborasi
Lakukan tindakan perikardiosentesis
|
Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi
efusi
|
Kolaborasi
Lakukan tindakan pungsi perikardium
|
Pungsi perikardium untuk konfirmasi dan
mencari etiologi efusi sebagai penegakan diagnosis
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpentino,
Lynda Juall.2001.Buku Saku : Diagnosa keperawatan edisi : 8 Penterjemah Monica
Ester.EGC.Jakarta
Doengoes, E
Marlynn,dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3 penterjemah Monica
Ester.EGC.Jakarta
Sudoyo, Aru
W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit Ilmu Penyakit
Dalam: Jakarta.
Klik Tombol Download Dibawah Ini Untuk
Mendownload Filenya :
0 Comments for "LAPORAN PENDAHULUANA ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) PERIKARDITIS"