KONSEP INSOMNIA
Oleh : Ns. Yuflihul
Khair.,S.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Tidur adalah suatu
fenomena biologis yang terkait dengan irama alam semesta, irama sirkadian yang
bersiklus 24 jam, terbit dan terbenamnya matahari, waktu malam dan siang hari,
Tidur merupakan kebutuhan manusia yang teratur dan berulang untuk menghilangkan
kelelahan jasmani dan kelelahan mental (Panteri, 1993).Manusia memakai
sepertiga waktunya untuk tidur.
Tidur merupakan
perilaku normal ketika individu kehilangan kontak dengan lingkungannya untuk
sementara. Pada waktu tidur individu menutup matanya, pupil mengecil, otot
melemas, denyut jantung melemah, tekanan darah menurun dan metabolisme tubuh
melambat (Kedja, 1990).
Menurut Panteri (1993)
neourofisiologi tidur, dapat digambarkan sebagai tahapan-tahapan tidur dengan
poligrafi tidur yaitu electroenchelograph, electrocardiograph, dan
electromiograph. Pada saat berbaring dalam keadaan masih terjaga ditunjukkan
dengan gelombang otak beta yang bercirikan frekuensi yang cepat yaitu lima
belas hingga dua puluh putaran per detik dan bertegangan rendah yaitu kurang
dari lima puluh mikrovolt.
Selanjutnya dalam
keadaan yang lelah dan siap tidur mulai untuk memejamkan mata, pada saat ini
gelombang otak yang muncul mulai melambat frekwensinya, meninggi tegangannya
dan menjadi lebih teratur. Gelombang ini dinamakan gelombang alpha yang
memiliki 8 hingga 12 putaran per detik yang menggambarkan keadaan santai, tidak
tegang tapi terjaga. Setelah beberapa menit dalam keadaan alpha kecepatan napas
mulai melambat. Ini adalah transisi tidur awal (tidak nyenyak) yang ditandai
oleh gelombang theta 50 hingga 100 mikrovolt, 4 hingga 8 putaran per detik.
Dalam keadaan permulaan
tidur ini, denyut jantung melambat dan menjadi stabil, napas menjadi
pendek-pendek dan teratur. Tahap ini dapat berlangsung dari sepuluh detik
hingga 10 menit dan kadang disertai dengan citra visual yang disebut halusinasi
hipnagogik, karena otot rangka tiba-tiba mengendur dan kadang mengalami sensasi
seperti jatuh, yang menyebabkan kita terbangun sebentar dengan gerakan yang
menyentak, keadaan ini dinamakan tidur tahap pertama.
Tidur tahap kedua
ditandai dengan gelombang otak theta dengan disertai munculnya gelombang
tunggal dengan amplitudo tinggi dan munculnya sleep spidle (jarum tidur, karena
terlihat di monitor atau kertas perekam yang menunjukkan aktivitas otak). Pada
tahap ini gerakan dan ketegangan otot menurun berlangsung sekitar 10 hingga 20
menit menandai permulaan tidur yang sebenarnya. Pada tahap ini seseorang
biasanya tidak dapat merespon rangsang dari luar, dan rata-rata bila seseorang
dibangunkan pada tahap ini akan merasa betul-betul telah tertidur.
Tahap selanjutnya
setelah 20–30 menit adalah memasuki tahap ketiga yaitu kombinasi theta dan
delta (tegangan tinggi dengan frekuensi sangat rendah). Segera setelah tahap ke
tiga ini dilanjutkan dengan tahap ke empat yaitu hilangnya sama sekali
gelombang theta dan tinggal yang ada gelombang delta dengan 0,5–2 putaran per
detik, amplitudo 100–200 mikrovolt. Dalam tidur delta ini relaksasi otot
terjadi sepenuhnya, tekanan darah menurun, denyut nadi dan pernafasan melambat.
Pasokan darah ke otak berada pada batas minimal.
Kondisi tidur normal
ini tidak selamanya dirasakan oleh seseorang yang akan memasuki tidur. Gangguan
dan kesulitan tidur seringkali mengganggu, baik ketika memasuki tahap pertama
tidur ataupun ketika tidur berlangsung. Gangguan ini dapat terjadi karena
adanya permasalahan psikis maupun fisik, yang dapat menimbulkan kesulitan
seseorang untuk memasuki keadaan tenang. Keadaan cemas yang berlebihan akan
menyebabkan otot-otot tidak dapat relaks dan pikiran tidak terkendali.
Gangguan tidur yang
sering muncul dapat digolongkan menjadi 4 yaitu : (1) insomnia; gangguan masuk
tidur dan mempertahankan tidur, (2) hypersomnia; gangguan mengantuk atau tidur
berlebihan, (3) disfungsi kondisi tidur seperti somnabolisme, night teror, dan
(4) gangguan irama tidur.
B.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan
makalah yang berjudul “Insomnia ” ini selain untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Jiwa adalah agar kita sebagai perawat memahami bahasan
tentang Insomnia sehingga dapat diaplikasikan pada proses keperawatan kelak
untuk menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang optimal.
C.
Batasan Masalah
Makalah ini membahas
tentang Teori Insomnia, tipe insomnia, penyebab insomnia, tanda dan gejala
insomnia, faktor resiko pada insomnia, dampak insomnia dalam kehidupan, serta
penatalaksanaan keperawatan untuk terapi insomnia.
D.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan
makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Memang sangat terbatas
karena metode kepustakaan ini kurang komunikatif dan dinamis. Namun dengan
keragaman buku yang digunakan sebagai kajian makalah ini, penulis cukup puas
bahwa data – data yang diperoleh sesuai dengan tema.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Insomnia
Insomnia berasal dari
kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur, jadi insomnia berarti
tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan bahwa insomnia ada tiga
macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya gangguan tidur saat memasuki
tidur. Kedua, Middle Insomnia yaitu terbangun di tengah malam dan sulit untuk
tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami gangguan tidur saat
bangun pagi (Hawari, 1990).
The Diagnostic and
Statistical of Mental Disorder IV (DSM-IV) mendefinisikan gangguan insomnia
primer adalah keluhan tentang kesulitan mengawali tidur dan/atau menjaga
keadaan tidur atau keadaan tidur yang tidak restoratif minimal satu bulan
terakhir (Espie, 2002).Menurut Hoeve (1992), insomnia merupakan keadaan tidak
dapat tidur atau terganggunya pola tidur. Orang yang bersangkutan mungkin tidak
dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau mudah terbangun dan kemudian tidak
dapat tidur lagi. Hal ini terjadi bukan karena penderita terlalu sibuk sehingga
tidak mempunyai kesempatan untuk tidur, tetapi akibat dari gangguan jiwa
terutama gangguan depresi, kelelahan, dan gejala kecemasan yang memuncak.
Insomnia adalah
ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Kesulitan tidur ini bisa menyangkut
kurun waktu (kuantitas) atau kelelapan (kualitas) tidur. Penderita insomnia
sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, tidur dengan mimpi yang
menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu. Penderita insomnia tidak dapat
tidur pulas walaupun diberi kesempatan tidur sebanyak-banyaknya.
Pada keadaan normal,
dari pemeriksaan kegiatan otak melalui elektro-ensefalografi (EEG), sepanjang
masa tidur terjadi fase-fase yang silih berganti antara tidur sinkronik dan
tidur asinkronik. Pergantian ini kira-kira setiap dua jam sekali. Fase tidur
sinkronik ditandai dengan tidur nyenyak, dengan tubuh dalam keadaan tenang.
Fase tidur asinkronik ditandai dengan kegelisahan dan reaksi-reaksi jasmaniah
lainnya, seperti gerakan-gerakan bola mata yang merupakan fase mimpi. Orang
normal yang tidurnya terganggu pada fase asinkronik akan merasa jengkel, tidak
puas, dan menjadi murung (schenck et al., 2003).
Penderita insomnia
mengalami gangguan dalam masa peralihan dan kualitas dari fase-fase tidur, terutama
pada fase asinkronik. Dari penelitian ternyata bahwa saat yang dianggap
penderita sebagai terjaga di malam hari sebenarnya merupakan fase-fase mimpi.
Sebaliknya, beberapa masa tidur yang singkat sebenarnya merupakan tidur
yang sesungguhnya Insomnia dikelompokkan dalam tiga tipe. Tipe pertama adalah
penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1 sampai 3 jam pertama.
Namun, karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini biasanya dialami
penderita usia muda yang sedang mengalami kecemasan. Tipe kedua, dapat tidur
dengan mudah dan nyenyak, namun setelah 2 sampai 3 jam tidur terbangun.
Kejadian ini bisa berlangsung berulang kali. Tipe ketiga, penderita dapat tidur
dengan mudah dan nyenyak, namun pada pagi buta dia terbangun dan tidak dapat
tidur lagi. Ini biasa dialami orang yang sedang mengalami depresi.
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh
penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan
secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur
atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali
penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali
tidur.
Klik Disini Untuk Download Filenya
Tag :
KEPERAWATAN GERONTIK
0 Comments for "KONSEP INSOMNIA II"