RINGKASAN
PROPOSAL KTI
Oleh : AHMAD KAZZUAINI
HUBUNGAN
ANTARA POST POWER SYDROME DENGAN
TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG TELAH PENSIUN DI KECAMATAN SANDUBAYA MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM Tahun 2012
LATAR BELAKANG :
Menurut
penelitian Dinsi (2006) pihak yang paling takut menghadapi masa pensiun adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Para Pegawai Negeri Sipil yang telah habis masa
purna tugasnya atau pensiun, mengalami mental shock (faktor kejiwaan).
Menjelang akhir masa kerjanya, mereka tampak kurang beraktivitas dan sering
sakit-sakitan. Mental shock ini terjadi, karena adanya ketakutan tentang
apa yang harus dihadapi kelak, ketika masa pensiun tiba. Terasa ada sesuatu
yang hilang dari dirinya, karena pekerjaan dan jabatan yang selama ini
dipegang, harus ditinggalkan. Kehilangan pekerjaan dan jabatan inilah yang
membuat mereka stres, cemas dan depresi.
Individu
yang memasuki masa pensiun sering dianggap sebagai individu yang tuna karya
(tidak dibutuhkan lagi tenaga dan pikirannya). Anggapan semacam ini membuat
individu tidak bisa lagi menikmati masa pensiunnya dengan hidup santai dan
ikhlas. Ketakutan menghadapi masa pensiun, membuat banyak orang mengalami
problem serius baik dari sisi kejiwaan maupun fisik, terlebih individu yang
memiliki ambisi yang besar serta sangat menginginkan posisi yang tinggi dalam
pekerjaannya. Hal ini akan sangat rentan bagi individu untuk mengalami
goncangan ketika pensiun yang biasa kita kenal sebagai post power syndrome (Dinsi,
2006). Post power syndrome yaitu gejala kejiwaan yang kurang stabil dan
muncul tatkala seseorang turun dari jabatan yang dimiliki sebelumnya, ditandai
dengan wajah yang tampak jauh lebih tua, pemurung, sakit-sakitan, lemah mudah
tersinggung, merasa tidak berharga, melakukan pola-pola kekerasan yang
menunjukkan kemarahan baik dirumah maupun tempat lain (Rini, 2001). Post
Power Syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lansia dan
pensiun dari pekerjaannya, hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase
ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Namun
pada kasus-kasus tertentu, individu tidak mampu menerima kenyataan yang ada,
ditambah dengan tuntutan hidup yang harus mendesak. Bila dirinya adalah
satu-satunya penopang hidup keluarga, risiko terjadinya Post Power Syndrome yang
berat semakin besar. Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta serta
lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga sangat membantu dan kematangan
emosi sangat berpengaruh pada terlewatinya Post Power Syndrome (Wardhani,
2006).
Pada
study pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 21 Desember 2011, didapat
sejumlah 79 PNS dinyatakan pensiun pada awal tahun 2012 (data dikeluarkan dinas
Pendidikan dan Kebudayaan kecamatan Sandubaya). Dari wawancara terhadap
beberapa lansia yang telah pensiun didapatkan beberapa diantara mereka
mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami
sering dikarenakan kekhawatiran akan kehidupannya setelah menjalani
pensiun.
Cemas
merupakan perasaan yang difus, yang sangat
tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan
terjadi. Menurut
Blakburn dan Davidson (dalam Kuntjoro, 2002) kondisi yang dapat menyebabkan
pensiun mengalami depresi antara lain : Pensiun seringkali dianggap sebagai
kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian
orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan
dihadapi kelak, banyak orang takut menghadapi masa tua karena asumsinya jika sudah
tua, maka fisik akan makin lemah, makin banyak penyakit, cepat lupa, penampilan
makin tidak menarik dan makin banyak hambatan lain yang membuat hidup makin
terbatas. Kecemasan yang terakumulasi terus menerus dapat menimbulkan gangguan
fisik atau psikologis yang bisa menimbulkan dampak buruk bagi lansia itu
sendiri.
Berdasarkan
uraian diatas calon peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kecemasan
dengan post power syndrome pada
lansia yang telah pensiun di kecamatan sandubaya mataram.
RUMUSAN MASALAH :
Berdasarkan uraian
dari latar belakang masalah diatas, peneliti ingin mengetahui: “adakah hubungan
antara Post Power Sindrome dengan
kecemasan pada lansia yang telah pensiun di kecamatan sandubaya mataram”?.
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
Umum : Mengetahui
hubungan antara Post Power Sindrome
dengan kecemasan pada lansia yang telah pensiun di kecamatan Sandubaya Mataram.
Tujuan
Khusus : (1) Mengidentifikasi
post power syndrome pada lansia yang
telah pensiun dikecamatan sandubaya Mataram. (2) Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia yang telah pensiun
dikecamatan sandubaya Mataram. (3) Menganalisa
hubungan antara Post Power Sindrome
dengan kecemasan pada lansia yang telah pensiun di kecamatan sandubaya mataram.
JENIS PENELITIAN :
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi korelasional, yaitu
mengkaji hubungan antara variabel dependent dan independent secara cross
sectional yaitu melakukan observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali, pada satu saat dan tidak ada follow up .
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi : Populasi pada
penelitian ini adalah semua pensiunan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P &
K) kecamatan
Sandubaya sebanyak 79 orang.
Sampel Dan Teknik Sampling : Teknik sampling yang digunakan pada penelitian adalah Purposive Sampling. Purposive
Sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugyono, 2010).
INSTRUMEN
PENELITIAN :
Penilaian tingkat kecemasan menggunakan HARS
dapat dijelaskan sebagai berikut : Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai pada 14 item
pertanyaan dengan kategori: 0 = tidak ada gejala sama sekali , 1 = Satu dari gejala yang ada, 2 = Sedang/
separuh dari gejala yang ada , 3 = Berat/lebih dari ½
gejala yang ada,
4 = Sangat berat semua gejala ada. Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan
hasil. Penilaian derajat kecemasan, skor :
14 – 20 : Kecemasan Ringan. 21 – 27
: Kecemasan Sedang, 28 – 41 : Kecemasana Berat.
42 – 56: Panik (Hawari, 2001).
Sedangkan untuk menilai adanya gejala post
power syndrome dapat dijelaskan sebagai berikut : Gejala-gejala post power syndrome diberikan skor, skor
1 jika terdapat gejala, skor 0 jika gejala tidak ada (Wasis, 2008), yang
kemudian diuji Reabilitas dan Validitas. Selanjutnya dikatagorikan post
power syndrome ringan, sedang, dan berat berdasarkan jumlah gejala yang
ada: Post power syndrome ringan : skor dibawah 55%. Post power syndrome sedang : skor antara 56%-75% Post power syndrome
berat
: skor 76% - 100%
ANALISA DATA
Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji statistic korelasi spearman rank dengan taraf
kesalahan 5%, Hasil dari perhitungan tersebut untuk memperoleh nilai signifikan
dapat dikonsultasikan ke tabel harga p. Ho diterima apabila t hitung < t
tabel. Analisa data ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan software SPSS 17.0 for
windows.
Klik Dibawah Ini Untuk Download Filenya :
Cover : Download
Lembar Pengesahan : Download
Kata Pengantar : Download
Daftar Isi : Download
BAB I Pendahuluan : Download
BAB II Tinjauan Pustaka : Download
BAB III Metodelogi Penelitian : Download
Daftar Pustaka : Download
Tag :
KTI DAN SKRIPSI
0 Comments for "HUBUNGAN ANTARA POST POWER SYDROME DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG TELAH PENSIUN DI KECAMATAN SANDUBAYA MATARAM"