KONSEP INFEKSI POST PARTUM
A. Definisi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya
mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh
terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 ).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah
melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004).
B. Etiologi
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam
tubuh pada saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban
pecah sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari
penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada
saat proses persalinan.
Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering kali
ditemukan didalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen pathogen
dari luar vagina (eksogenus) (Bobak, 2004). Namun biasanya infeksi ini tidak
menimbulkan penyakit pada persalinan, kelahiran, atau pascapersalinan. Hampir
30 bakteri telah diidentifikasi ada disaluran genital bawah (vulva, vagina dan
sevik) setiap saat (Faro 1990). Sementara beberapa dari padanya, termasuk
beberapa fungi, dianggap nonpatogenik dibawah kebanyakan lingkungan, dan
sekurang-kurangnya 20, termasuk e.coli, s. aureus, proteus mirabilis dan
clebsiela pneumonia, adalah patogenik (Tietjen, L; Bossemeyer, D, &
McIntosh, N, 2004).
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan
seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain
dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak
dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak
patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain
adalah :
a. Streptococcus haemoliticus anaerobicMasuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).b. Staphylococcus aureusMasuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.c. Escherichia ColiSering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinariusd. Clostridium WelchiiKuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
C.
Cara
terjadinya infeksi pasca partum
Infeksi
dapat terjadi sebagai berikut :
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.2. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.3. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
D. Faktor predisposisi
Beberapa faktor dalam kehamilan atau persalinan yang dapat
menyebabkan infeksi pascapersalinan antara lain :
1. AnemiaKekurangan sel-sel darah merah akan meningkatkan kemungkinan infeksi. Hal ini juga terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel darah putih kurang untuk menghambat masuknya bakteri.2. Ketuban pecah diniKeluarnya cairan ketuban sebelum waktunya persalinan menjadi jembatan masuknya kuman keorgan genital.3. TraumaPembedahan, perlukaan atau robekan menjadi tempat masuknya kuman pathogen, seperti operasi.5. Kontaminasi bakteriBakteri yang sudah ada dalam vagina atau servik dapat terbawa ke rongga rahim. Selain itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan vagina atau saat dilakukan tindakan persalinan dapat menjadi salah satu jalan masuk bakteri. Tentunya, jika peralatan tersebut tidak terjamin sterilisasinya.6. Kehilangan darahTrauma yang menimbulkan perdarahan dan tindakan manipulasi yang berkaitan dengan pengendalian pendarahan bersama-sama perbaikan jaringan luka, merupakan factor yang dapat menjadi jalannya masuk kuman.
E.
Manifestasi
klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam
setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (benngkak) karena eksudasi. Ujung
syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri
(dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum
antara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut jantung
(Sjamsuhidajat, R. 1997).
F.
Patofisiologi
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi
lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada infeksi dengan reaksi umum akan
melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi ringan
limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel
pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut,
reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh
trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan
yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai
terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit
kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga
membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman
(peradangan yang luas dijaringan ikat). (Sjamsuhidajat, R, 1997 ).
G. Jenis-jenis infeksi post partum
1.
Infeksi uterus
a.
Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada
endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai
kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda
asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang
berhubungan dengan kelahiran anak, jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan
perawatan medis yang baik dan telah mengalami persalinan melalui vagina yang
tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah
endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi
peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran
caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang
terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam
rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau
vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda
bergantung dari asal infeksi, sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut
bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas
menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya
terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk,
pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil.
Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi.
Maka dari itu setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan
pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam
bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan
keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan dapat terjadi penyebaran seperti
meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim),
salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat
terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi
abses pada tuba atau indung telur (Anonym, 2008).
Terjadinya infeksi endometrium pada
saat persalinan, dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada
persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan pada saat terjadi
keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008).
Kadang-kadang lokia tertahan oleh
darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra
dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar,
serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas,
penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai
hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari
suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal
kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat
kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. Untuk
mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera
diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan
untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
b.
Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium
adalah tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,
perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen. Metritis akut
biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini
tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih
luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan
endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini
miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel
radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan
kadang-kadang dapat terjadi abses. Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu
banyak dibuat atas dasar menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa,
sakit pnggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara
umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat
berupa antibiotik spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin
5 mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi
hasil konsepsi.
c.
Parametritis (infeksi daerah di
sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam
lig latum. Radang ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan
demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti
muntah. Penyebab Parametritis yaitu : Endometritis
dengan 3 cara yaitu :
1)
Per continuitatum : endometritis →
metritis → parametitis
2)
Lymphogen
3)
Haematogen : phlebitis →
periphlebitis → parametritis
4)
Dari robekan serviks
5)
Perforasi uterus oleh alat-alat (
sonde, kuret, IUD )
2.
Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang
disebabkan oleh bakteri yang melepaskan endotoksin, bisa mempresipitasi syok
bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka yang menderita diabetes
mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat resiko
tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama periode
pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh
bukti patofisiologi sepsis yang serius. Ibu yang cemas dapat bersikap apatis.
Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi subnormal. Kulit menjadi dingin
dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi menjadi cepat. Hipotensi
berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan
bukti-bukti infeksi. Biakan darah menunjukian bakteremia, biasanya konsisten
dengan hasil enteric gram negative. Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan
hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati. Perubahan EKG menunjukkan adanya
perubahan yang mengindikasikan insufisiensi miokard. Bukti-bukti hipoksia
jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada
antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen untuk menghilangkan hipoksia
jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps vascular. Fungsi jantung,
usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat. Pengobatan yang
cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik. Dan morbiditas
dan mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees pernafasan,
hipotensi dan DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
3.
Peritonitis
Ritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis,
tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis
pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita
demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya
terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior
untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing. Peritonitis umum
disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu
meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada
defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
4.
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita
hamil, kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami
ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis,
vaginitis, obstruksi ureter yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma
lahir mempredisposisi wanita hamil untuk menderita ISK, biasanya dari
escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama gonore dan klamidia, juga
memiliki resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada sekitas 5% nsampai 15%
wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira 30%
pada wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering
terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal
kehamilan, lebih disukai pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin
yang diperoleh dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan
dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai
peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus urinarius.
5.
Septicemia dan piemia
Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama
postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan
tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi
setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri
khusus pada piemia ialah berulang-ulang
suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil,
kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya
embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses pada
paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-abses
di beberapa tempat lain.
H. Komplikasi
1. Peritonitis (peradangan selaput
rongga perut)
2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah
di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya
emboli pulmoner
3. Syok toksik
akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah.
Syok
toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
I.
Pencegahan dan
penanganan
- Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
- Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
- Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
- Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
- Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
- Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.
- Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
- Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
- Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
Klik Tombol Download Dibawah Ini Untuk
Mendownload Filenya :
Tag :
KEPERAWATAN MATERNITAS
0 Comments for "KONSEP INFEKSI POST PARTUM"