LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN ABORTUS
Yuflihul
Khair.,S.Kep.,Ns
PENGERTIAN
Abortus
adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gr (Mansjoer, 2001).
Terdapat
beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus
yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi
karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang
menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan
disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena
indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).
KLASIFIKASI
Abortus
spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan) (Hamilton, 1995) yaitu: (1)
Abortus
imminens :
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. (2) Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. (3) Abortus inkompletus : Pengeluaran
sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. (4) Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi
sudah dikeluarkan. (5) Abortus provokatus (abortus yang
sengaja dibuat) Yaitu: menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi
belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat
terus hidup.
ETIOLOGI
Abortus
dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum
usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : (1) Kelainan
kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
(2) Lingkungan
sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
(3) Pengaruh
teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol. (4) Kelainan
pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahu.
(5) Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis. (6) Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks
(untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan
kelainan bawaan uterus.
Penyebab dari segi Maternal : (1) Penyebab secara umum : (a) Infeksi akut.
(b) Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis. (c) Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
(d) Parasit, misalnya malaria. (2) Infeksi
kronis : (a) Sifilis, biasanya
menyebabkan abortus pada trimester kedua. (b) Tuberkulosis paru aktif. (c) Keracunan, misalnya keracunan
tembaga, timah, air raksa, dll. (3) Penyakit kronis, misalnya : (a) Hipertensi, (b) Nephritis, (c) Diabetes, (d) Anemia Berat, (e) Penyakit Jantung, (f) Toxemia Gravidarum, (g) Gangguan fisiologis, misalnya Syok,
ketakutan, dll. (h) Trauma fisik.
Penyebab yang
bersifat lokal : (1) Fibroid, inkompetensia serviks. (2) Radang pelvis kronis, endometrtis. (3) Retroversikronis. (4) Hubungan seksual yang berlebihan
sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan abortus
Penyebab
dari segi Janin : (1) Kematian janin akibat kelainan bawaan. (2) Mola hidatidosa. (3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
PATOFISIOLOGI
Pada
awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut (Saifuddin, 2005).
Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai
14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Saifuddin, 2005).
MANIFESTASI
KLINIS (Mansjoer, 2001) : (1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20
minggu. (2) Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil, suhu badan normal atau meningkat. (2) Perdarahan pervaginam mungkin
disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi. (3) Rasa mulas atau kram
perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi uterus.
PEMERIKSAAN
GINEKOLOGI :
(1) Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva. (2) Inspekulo : perdarahan dari cavum
uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar
dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium. (3) Colok
vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
KOMPLIKASI
(MANSJOER, 2001)
: (1) Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi. (2) Pada missed abortion dengan
retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1
|
Test HCG Urine
|
Indikator
kehamilan
|
Positif
|
2
|
Ultra Sonografi
|
Kondisi
janin/cavum ut
|
terdapat
janin/sisa janin
|
3
|
Kadar Hematocrit/Ht
|
Status Hemodinamika
|
Penurunan (< 35 mg%)
|
4
|
Kadar
Hemoglobin
|
Status
Hemodinamika
|
Penurunan (< 10 mg%)
|
5
|
Kadar SDP
|
Resiko Infeksi
|
Meningkat(>10.000 U/dl)
|
6
|
Kultur
|
Kuman spesifik
|
Ditemukan kuma
|
PEMERIKSAAN
PENUNJANG : (1) Tes Kehamilan: positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu setelah abortus. (2) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk
menentukan apakah janin masih hidup. (3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah
pada missed abortion
PENATALAKSANAAN
Abortus Imminens : Abortus Imminens
adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Penatalaksanaan : (1) Istirahat baring agar aliran darah
ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang. (2) Periksa
denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap 4 jam
bila pasien panas. (3) Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil
negative, mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup. (4) Berikan obat
penenang, biasanya fenoberbital 3 x 30 mg. berikan preparat hematinik misalnya
sulfas ferosus 600 – 1000 mg. (5) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
(6) Bersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencagah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
Abortus Insipiens : Abortus Insipiens
adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. Penatalaksanaan : (1) Bila perdarahan tidak banyak,
tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan
diberikan morfin. (2) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya
disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau
cunam abortus, disusul dengan kerokan menggunakan kuret tajam. Suntikkan
ergometrin 0,5 mg intramuskular. (3) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu,
berikan infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5 % 50 ml dimulai 8 tetes
permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
(4) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
Abortus lnkompletus
: Abortus
Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Penatalaksanaan : (1) Bila disertai syok karena perdarahan,
berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin
ditransfusi darah. (2) Setelahsyok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam
lalusuntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular. (3) Bila janin sudah keluar
tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
(4) Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi.
Abortus Komplit : Pada abortus
kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Penatalaksanaan : (1) Bila kondisi pasien baik, berikan engometrin 3
x 1 tablet selama 3 sampai 5 hari. (2) Bila pasien anemia, berikan hematinic
seperti sulfas ferosus atau transfusi darah. (3) Berikan antibiotic untuk
mencegah infeksi. (4) Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
Missed Abortion adalah kematian
janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak
diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Penatalaksanaan : (1) Bila kadar fibrinogen
normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu kuret tajam.
(2) Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segera sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi. (3) Pada kehamilan kurang dari 12
minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu
dilakukan dilatasi serviks dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi
diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam. (4) Pada kehamilan lebih
dari12 mingg, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU
dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20tetes per menit dan naikkan dosis
sampai ada kontraksi uterus. (5) Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari di
bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyutik larutan garam 20% dalam
kavum uterimelalui dinding perut.
Abortus Septik : Abortus septik harus
segera dirujuk ke rumah sakit.
(1) Penanggulangan
infeksi : (a) Obat pilihan pertama: penisilin prokain 800.00 IU intramuscular
tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 g peroral selanjutnya 500 mg peroraltiap 6
jam. (b) Obat pilihan kedua: ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 gr tiap 4
jam ditambah metronidazole 500 mg tiap 6 jam. (c) Obat pilihan lainnya:
ampisilin dan kloramfenikol, penisilin dan metronidazole, ampisilin dan
gentamisin, penisilin dan gentamisin. (2) Tingkatkan asupan cairan. (3) Bila
perdarahan banyak, lakukan transfuse darah. (4) Dalam 24 jam sampai 48 jam
setelah perlindungan antibiotic atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan,
sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
Pada
pasien yang menolak dirujuk, beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada
pasien yang hendak dirujuk selama 10 hari. Di Rumah Sakit: (1) Rawat pasien di
ruang khusus untukinfeksi. (2) Berikan antibiotic intravena, penisilin 10 – 20
juta IU dan streptomisin 2 g. (3) Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer
laktat disesuaiakan kebutuhan cairan. (4) Pantau ketat keadaan umum, tekanan
darah, nadi, dan suhu badan. (5) Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8
liter per menit. (6) Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin. (7) Pemeriksaan
laboraturium: darah lengkap, hematocrit, golongan darah serta reaksi silang,
analisis gas darah, kultur darah, dan tes resistensi. (8) Apabila kondisi
pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi.
(9) Abortus septi dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang
tanda-tandanya ialah panas tinggi, bradikardi, icterus, kesadaran menurun,
tekanan darah menurun dan sesak napas.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun
hal-hal yang perlu dikaji adalah :
(1) Biodata : mengkaji identitas klien
dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
(2) Keluhan utama : Kaji adanya
menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang. (4) Riwayat
kesehatan , yang terdiri atas : (a) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan
sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan. (b) Riwayat kesehatan masa lalu. (c) Riwayat pembedahan : Kaji
adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan ,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
(3)
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami
oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary ,
penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
(4)
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
(5)
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
(6)
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien
mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.
(7)
Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
(8)
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,
obat digitalis dan jenis obat lainnya.
(9)
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum
dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
(1) Inspeksi adalah proses observasi yang
sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi
indera pendengaran dan penghidung. Hal yang
diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa
tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan
fifik, dan seterusnya.
(2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan
permukaan luar tubuh dengan jari. (a) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. . (b) Tekanan : menentukan
karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit
kulit untuk mengamati turgor. (c) Pemeriksaan
dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
(3) Perkusi adalah melakukan
ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk
memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. (a) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan , massa atau konsolidasi. (b) Menggunakan
palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki
bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak
(4) Auskultasi adalah mendengarkan
bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang
antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk
bising usus atau denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium : (a) Darah dan urine
serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. (b) Keluarga
berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
DIAGNOSA
KEPERWATAN : (1) Devisit
Volume Cairan berhubunan dengan perdarahan. (b) Gangguan Aktivitas berhubungan
dengan kelemahan, penurunan sirkulasi. (c) Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan
dengan kerusakan jaringan intrauteri.
(d) Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab. (e) Cemas berhubungan
dengan kurang pengetahuan
INTERVENSI
KEPERAWATAN
Devisit
Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan.
(1)
Tujuan : tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
(2)
Intervensi : (a) Kaji kondisi status hemodinamika. Rasional
: Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki karekteristik
bervariasi. (b) Ukur pengeluaran harian. Rasional : Jumlah cairan
ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang
hilang pervaginal. (c) Berikan sejumlah cairan pengganti harian. Rasional
: Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif. (d) Evaluasi
status hemodinamika Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara
harian melalui pemeriksaan fisik.
Gangguan
Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi
(1)
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi.
(2)
Intervensi : (a) Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi
perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
(b) Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan.Rasional :
Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi.
(c) Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. Rasional
: Mengistiratkan klilen secara optimal. (d) Bantu klien untuk melakukan
tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien. Rasional :
Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat
diperlukan. (e) Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan
aktivitas. Rasional : Menilai kondisi umum klien
Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan
Kerusakan jaringan intrauteri.
(1)
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
(2)
Intervensi : (a) Kaji kondisi nyeri yang dialami klien. Rasional
: Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
(b) Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya Rasional :
Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri. (c) Kolaborasi
pemberian analgetika. Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik.
Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan,
kondisi vulva lembab.
(1)
Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan.
(2)
Intervensi : (a) Kaji kondisi keluaran/dischart
yang keluar ; jumlah, warna, dan bau. Rasional : Perubahan
yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang
lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi. (b)
Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan. Rasional
: Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar.
(c) Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart. Rasional :
Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart. (d) Lakukan
perawatan vulva. Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang
relatif cepat dapat menyebabkan infeksi. (e) Terangkan pada klien cara
mengidentifikasi tanda inveksi. Rasional : Berbagai manivestasi klinik
dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala infeksi. (f) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan
hubungan senggama se;ama masa perdarahan. Rasional : Pengertian
pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan ibu; senggama dalam kondisi
perdarahan dapat memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
Cemas
berhubungan dengan kurang pengetahuan.
(1)
Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap
penyakit meningkat.
(2)
Intervensi : (a) Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga
terhadap penyakit. Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
peningkatan rasa cemas. (b) Kaji derajat kecemasan yang dialami klien. Rasional
: Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien
tentang penyakit. (c) Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan. Rasional
: Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support
yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien. (d)
Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama. Rasional :
Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan.
(e) Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan
keluarga. Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien
untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta: EGC
Hamilton, C. Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. edisi 6. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius
Saifuddin,
dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rukiyah dan Yilianti. 2010. Asuhan Kebidanan (Patologi Kebidanan).
Purwakerto: TIM.
Tag :
KEPERAWATAN MATERNITAS
0 Comments for "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN ABORTUS"