LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN KLIEN APENDISITIS
Oleh: Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
I.
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Apendisitis merupakan peradangan pada apendik
periformis. Apendik periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang
lebih sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi apendik pada daerah
illiaka kanan, di bawah katup iliocaecal, tepatnya pada dinding abdomen di
bawah titik Mc Burney.
B. Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah
obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel
limfoid merupakan penyebab terbanyak, adanya fekalit dalam lumen
appendiks. Adanya benda asing seperti
cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain
misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Massa/Tinja/Benda
Asing
↓
Obstruksi
lumen apendiks
↓
Peradangan
↓
Sekresi
mukus tidak dapat keluar
Pembengkakan
jaringan limfoid
↓
Peregangan
apendiks
↓
Tekanan
intra-luminal ↑
Suplai
darah terganggu
↓
Hipoksia
jaringan
↓
Nyeri
Obstruksi apendiks itu menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin
banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan
peritonium viseral. Oleh karena itu
persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan
sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu
terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena,
sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah,
keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu
maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila
dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.
Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang
atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai
appendisitis abses. Pada anak – anak
karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang ,
dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang,
demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka
perforasi terjadi lebih cepat. Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul
dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
C. Etiologi
1. Ulserasi pada
mukosa
2. Obstruksi pada
colon oleh fecalit (faeses yang keras)
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam
penyakit cacing
5. Tumor
6. Striktur karena
fibrosis pada dinding usus
D. Insiden
Apendisitis sering terjadi pada usia
tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama
kecuali pada usia pubertas dan usia 25 tahun wanita lebih banyak dari laki-laki
dengan perbandingan 3 : 2E. Pencegahan
Pencegahan pada apendisitis yaitu
dengan menurunkan resiko obstruksi atau peradangan pada lumen apendik. Pola
eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena
tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit
cacing juga meminimalkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan
tanda apendiksitis meminimalkan resiko terjadinya gangren, perforasi, dan
peritonitis.
II. ASUHAN
KEPERAWATAN
2.1
Pengkajian
2.1.1 Anamnese
1)
Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosa, nama
orang tua, alamat, umur pendidikan, pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan
suku bangsa.
2)
Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy
mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi abdomen.
3)
Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah
diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien
pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai
riwayat alergi dan imunisasi apa yang pernah diderita.
4)
Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita
penyakit diabetes mellitus, hipertensi, gangguan jiwa atau penyakit kronis
lainnya uapaya yang dilakukan dan bagaimana genogramnya.
5)
Pola Fungsi Kesehatan
·
Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan
obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah
raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan merokok dalam
mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
·
Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan
nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
·
Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan
malas bergerak karena rasa nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas
karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
·
Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan
penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat,
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
·
Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri,
penglihatan, pearaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa
lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
·
Pola penanggulangan
stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam
mengatasi masalah.
·
Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada
agamanya dan bagaimana cara klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
2.1.2 Pemeriksaan
Fisik
1)
Status kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis,
ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
2)
Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat,
pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan bawah.
3)
Kepala dan Leher
Ekspresi
wajah kesakitan pada konjungtiva lihat
apakah ada warna pucat.
4)
Thoraks dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas
frekwensi pernafasan biasanya normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
5)
Abdomen
Pada post operasi biasanya sering
terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen,
tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau retensi urine, distensi
supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan urine apakah jernih,
keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah mengalir lancar, tidak
ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
6)
Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya
nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
Klik Disini Untuk Download FIlenya : Klik Disini
0 Comments for "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS "