LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURE
Yuflihul
Khair.,S.Kep.,Ns
A. PENGERTIAN
Efusi pleura adalah
suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum pleura
diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat
atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis danTerapi / UPF ilmu penyakit paru,
1994, 111).
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA MASALAH (ETIOLOGI)
1.
Anatomi
Paru-paru terletak pada
rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut. Paru kanan dibagi oleh dua
buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam
dua lobus atas dan bawah (John Gibson, MD, 1995, 121).
Permukaan datar paru
menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah
terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang
tipis disebut Pleura (Syaifudin B.AC , 1992, 104).
Pleura merupakan
membran tipis, transparan yang menutupi paru dalam dua lapisan : Lapisan
viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan parietal menutupi
permukaan dalam dari dinding dada. Kedua lapisan tersebut berlanjut pada radix
paru. Rongga pleura adalah ruang diantara kedua lapisan tersebut.
2.
Fisiologi
Sistem pernafasan atau
disebut juga sistem respirasi yang berarti “bernafas lagi” mempunyai peran atau
fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon dioksida
(CO2) dari tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran
CO2 merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan.
Proses respirasi berlangsung beberapa
tahap antara lain :
1) Ventilasi
Adalah proses pengeluaran udara ke
dan dari dalam paru. Proses ini terdiri atas 2 tahap :
Inspirasi yaitu
pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi dengan adanya
kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang menyebabkan volume
thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk ke
dalam paru.
Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari
dalam ke luar paru yang terjadi bila otot-otot expirasi relaxasi sehingga
volume thorax mengecil yang secara otomatis menekan intra pleura dan volume
paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga udara keluar dari
paru.
2) Pertukaran gas
di dalam alveol dan darah.
3) Transport gas
Yaitu perpindahan
gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah
(aliran darah).
4) Pertukaran gas
antara darah dengan sel-sel jaringan.Metabolisme penggunaan O2 di
dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut pernafasan seluler.
(Alsagaff H, Abdul Moekty, 1995, 15).
Permukaan rongga pleura berbatasan lembab
sehingga mudah bergerak satu ke yang lainnya (John Gibson, MD, 1995, 123).
Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura
karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan
tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap
saat jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk
memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh
pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum.
Permukaan superior dari diafragma dan
permukaan lateral dari pleura parietis disamping adanya keseimbangan antara
produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh
karena itu ruang pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini
normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas.
(Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).
3.
Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang
terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi transudat, eksudat dan hemoragis.
1)
Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung
kongestif (gagal jantung
kiri), sindroma nefrotik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndroma vena
cava superior, tumor, sindroma meig.
2) Eksudat
disebabkan oleh infeksi, TB, preumonia dan sebagainya, tumor, ifark paru, radiasi, penyakit
kolagen.
3) Effusi hemoragis
dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma,
infark paru, tuberkulosis.
4) Berdasarkan
lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral.
Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya akan tetapi effusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit
dibawah ini: Kegagalan jantung
kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic,
tumor dan tuberkolosis.
C. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal
hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura. Jumlah cairan di rongga
pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm
H2O. Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik
koloid menurun misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya
permeabilitas kapiler akibat ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya
tekanan hidrostatis akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura
apabila terjadi atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
Effusi pleura berarti
terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas dalam kavum pleura. Kemungkinan
penyebab efusi antara lain (1) penghambatan drainase limfatik dari rongga
pleura, (2) gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan
perifer menjadi sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang
berlebihan ke dalam rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma,
jadi juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau
setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura,
yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran protein plasma dan
cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall , Egc, 1997, 623-624).
D. DAMPAK MASALAH
1. Dampak masalah terhadap individu
Sebagaimana penderita
penyakit yang lain, pada pasien effusi pleura akan mengalami suatu perubahan
baik bio, psiko sosial dan spiritual yang akan selalu menimbulkan dampak yang
diakibatkan oleh proses penyakit atau pengobatan dan perawatan. Pada umumnya Px
dengan effusi pleura akan tampak sakit, suara nafas menurun adanya nyeri
pleuritik terutama pada akhir inspirasi, febris, batuk dan yang lebih khas lagi
adalah adanya sesak nafas, rasa berat pada dada akibat adnya akumulasi cairan
di kavum pleura.
2.
Dampak masalah terhadap keluarga
Pada umumnya keluarga
pasien akan merasa dituntut untuk selalu menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien.
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit sehingga keluarga pasien
akan memberi perhatian yang lebih pada pasien. Keluarga menjadi cemas dengan
keadaan pasien karena mungkin sebagai orang awam keluarga pasien kurang
mengerti dengan kondisi pasien dan tentang bagaimana perawatannya. Lamanya
perawatan pasien banyaknya biaya pengobatan merupakan masalah bagi pasien dan keluarganya
terlebih untuk keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah. Secara langsung peran pasien sesuai
statusnya pun akan mengalami perubahan bahkan gangguan selama pasien dirawat di
rumah sakit.
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan
proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga
atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Canpernito,
2000,2).
Perawat memerlukan metode ilmiah
dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu proses keperawatan. Proses
keperewatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan
secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana keempat
komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat,
1994,2).
1.
Pengkajian
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau
dikaji meliputi :
b.
Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat
perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan
pasien.
c.
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan
faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah
sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa
sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
d.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi
pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak
nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya
tersebut.
e.
Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah
pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung,
trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.
f.
Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah
ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai
penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.
g.
Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan
pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
h.
Pengkajian Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1)
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Adanya tindakan medis
dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan,
tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan
kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan
penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2)
Pola nutrisi dan metabolisme
Dalam pengkajian pola
nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi badan dan berat
badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan
kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan effusi pleura
akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada
struktur abdomen. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.
pasien dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.
3)
Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola
eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi sebelumdan
sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak
bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus
degestivus.
4)
Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas,
kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan
mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan
ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
5)
Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada,
sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan
dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak
orang yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6)
Pola hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya,
secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran, misalkan pasien seorang
ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu
yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping itu, peran pasien di
masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua itu mempengaruhi hubungan
interpersonal pasien.
7)
Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien
terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba mengalami
sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam
hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
8)
Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera
pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan proses berpikirnya.
9)
Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual
pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu untuk sementara
waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola
penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum
mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan mungkin pasien akan
banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin
dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai
dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih
mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah
suatu cobaan dari Tuhan.
Klik Disini Untuk Download Filenya : Klik Disini
0 Comments for "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DENGAN EFUSI PLEURA "