KEHAMILAN EKTOPIK
(KEHAMILAN DI LUAR RAHIM)
A.
PENGERTIAN
Kehamilan ektopik atau juga dikenal sebagai
kehamilan di luar kandungan merupakan suatu kondisi kehamilan dimana sel telur
yang sudah dibuahi tidak mampu menempel atau melekat pada rahim ibu, namun melekat
pada tempat yang berbeda yaitu di tuba falopi atau saluran telur (kehamilan di
luar kandungan yang sering terjadi), leher rahim, dalam rongga perut atau
indung telur. Atau dengan kata lain, kehamilan ektopik merupakan suatu kondisi dimana sel telur
yang telah dibuahi mengalami implantasi pada tempat selain tempat seharunya,
yaitu uterus. Jika sel telur yang telah dibuahi menempel pada saluran telur,
hal ini akan menyebabkan bengkaknya atau pecahnya sel telur akibat pertumbuhan
embrio.
Kehamilan ektopik menimpa sekitar 1% dari seluruh
kehamilan dan hal ini merupakan suatu kondisi darurat dimana dibutuhkan
pertolongan secepatnya. Karena jika dibiarkan kondisi ini sangat berbahaya dan
mampu mengancam nyawa ibu, hal ini disebabkan oleh perdarahan dalam rongga
abdomen, dan bukan terjadinya perdarahan keluar. Dalam kasus kehamilan ektopik, janin memiliki
kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat bertahan hidup. Namun di sejumlah
kondisi kecil, contoh pada kehamilan abdominal, kehamilan dan janin bisa
bertahan hingga masa persalinan dan jika persalinan dilakukan dengan cara
caesar, maka ada harapan serta kemungkinan bayi untuk dapat bertahan hidup. Peluang kehamilan ektopik lebih tinggi jika saluran
telur rusak karena radang perut (misalnya usus buntu atau infeksi klamidia)
atau karena operasi rongga perut. IUD (spiral) juga meningkatkan risiko
kehamilan ektopik.
B. MACAM-MACAM KEHAMILAN EKTOPIK
Berbagai macam faktor berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya
kehamilan ektopik. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri
menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik.
Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kehamilan ektopik diantaranya:
1.
Faktor dalam lumen tuba:
2.
Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya
penyempitan lumen tuba
3.
Hipoplasia uteri, dengan lumen
tuba menyempit dan berkelok-kelok
4. Operasi plastik tuba dan
sterilisasi yang tidak sempurna dan menyebabkan lumen tuba menyempit
5. Faktor pada dinding tuba:
6. Endometriosis, sehingga
memudahkan terjadinya implantasi di tuba
7. Divertikel tuba kongenital,
menyebabkan retensi telur di tempat tersebut
8. Faktor di luar dinding tuba:
9. Perlekatan peritubal dengan
distorsi atau lekukan tuba, mengakibatkan terjadinya hambatan perjalanan telur
10.
Tumor yang menekan dinding tuba,
menyebabkan penyempitan lumen tuba
11.
Pelvic Inflammatory Disease
(PID)
12.
Faktor lain:
13.
Hamil saat berusia lebih dari 35
tahun
14. Migrasi luar ovum, sehingga
memperpanjang waktu telur yang dibuahi sampai ke uterus
15.
Fertilisasi in vitro
16.
Penggunaan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR)
17.
Riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya
18.
Merokok
19.
Penggunaan dietilstilbestrol
(DES)
20.
Uterus berbentuk huruf T
21.
Riwayat operasi abdomen
22.
Kegagalan penggunaan kontrasepsi
yang mengandung progestin saja
23.
Ruptur appendix
24.
Mioma uteri
C. Patofisiologi
Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik yang dapat disebabkan antara lain faktor di dalam tuba dan luar tuba, sehingga hasil pembuahan terhambat/tidak bisa masuk ke rongga rahim, sehingga sel telur yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di beberapa tempat pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii (saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%)
D. Gejala
Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala
biasanya akan terasa pada sekitar 6 – 10 minggu usia kehamilan. Jika Anda
mendapatkan gejala berikut,
Sakit di salah satu sisi panggul
Perdarahan vagina di luar menstruasi
Nyeri di perut bagian bawah
Pingsan
Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala : Nyeri perut yang intens,
Hipotensi, Denyut nadi cepat, dan kulit pucat
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala : Nyeri perut yang intens,
Hipotensi, Denyut nadi cepat, dan kulit pucat
E. Penyebab Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik biasanya disebabkan oleh berbagai
hal, dan yang paling sering adalah disebabkan adanya infeksi pada saluran
falopi (tuba falopi). Kehamilan ektopik besar kemungkinan terjadi pada kondisi:
- Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat kehamilan ektopik)
- Ibu pernah mengalami operasi pembedahan pada daerah sekitar tuba falopi
- Ibu pernah mengalami Diethylstiboestrol (DES) selama masa kehamilan
- Kondisi tuba fallopi yang mengalami kelainan kongenital
- Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea, klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease.
F. Diagnosis
Karena beberapa gejala di atas juga dapat terjadi pada
kehamilan normal, dokter bisa sulit untuk mendiagnosis. Oleh karena itu, ada
sejumlah tes yang dapat dilakukan jika dicurigai ada kehamilan ektopik. Menggunakan ultrasound, dokter mungkin dapat
melihat kehamilan ektopik, karena adanya darah di tuba falopi yang rusak atau
ada embrio di luar uterus. Laparoskopi melalui sayatan kecil di perut dapat
dengan mudah melihat bila ada embrio di luar rahim. Mengukur kadar hormon kehamilan hCG (human chorionic
gonadotopin) adalah cara lain untuk mendeteksi kehamilan ektopik. Dalam
kehamilan normal, kadar hCG berlipat kira-kira setiap dua hari hingga minggu
ke-12. Jika hCG diperkirakan tidak meningkat, mungkin ada sesuatu yang salah
dalam kehamilan. Dokter akan selalu mencoba
mendiagnosis kehamilan ektopik sedini mungkin. Dengan demikian, kerusakan
biasanya masih terbatas dan risiko perdarahan internal dan komplikasi terkait
masih rendah.
G. Pengobatan
Kehamilan ektopik harus selalu dibatalkan dan
dokter akan mencoba untuk menahan laju pertumbuhan embrio dengan obat-obatan.
Lebih cepat kehamilan ektopik terdeteksi, semakin besar kemungkinan kehamilan
dapat dibatalkan tanpa menimbulkan efek jangka panjang. Bila kehamilan ektopik terdeteksi di tahap awal,
seringkali embrio dapat ditangani dengan obat suntik dan diserap oleh tubuh
Anda. Dalam terapi ini tuba falopi biasanya masih utuh. Dalam situasi yang
lebih serius, misalnya ketika tuba falopi sudah mengembang, maka diperlukan
operasi.
H. Prognosis
Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, ada
kemungkinan sekitar 12% akan terkena lagi di masa mendatang. Karena itu, bila
Anda pernah mengalaminya Anda harus memberitahu dokter atau bidan Anda. Sekitar 60% wanita menjadi subur kembali setelah kehamilan ektopik, 30% tidak
ingin hamil karena pengalaman itu dan 10% menjadi infertil (tidak subur). Dukungan positif suami, saudara, atau teman terdekat
akan sangat diperlukan bagi wanita yang mengalami kehamilan ektopik. Hal ini
diharapkan dapat mengurangi pengalaman traumatic dari kehamilan ektopik,
sehingga recovery dan keinginan untuk hamil kembali bisa secapatnya pulih (tentunya
melihat kondisi setelah mengalami kehamilan ektopik). Konsultasikan kondisi anda kepada dokter atau bidan
jika anda ingin hamil kembali setelah mengalami kehamilan ektopik. Hal ini
sangatlah penting untuk dilakukan, agar dokter atau bidan dapat memberikan
langkah-langkah yang harus di tempuh untuk menghindari kembali terjadinya
kehamilan ektopik. Dan jika, memutuskan untuk hamil kembali, maka
pengawasan ketat terhadap kehamilan berikutnya sangat diperlukan, guna menjaga
agar kehamilan tetap berlangsung dengan baik sampai masa persalinan nanti.
KLIK DOWNLOAD DIBAWAH INI UNTUK MENDAPATKAN
FILE LENGKAP DALAM BENTUK PDF
Tag :
KEPERAWATAN MATERNITAS
0 Comments for "LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK (KEHAMILAN DI LUAR RAHIM)"