LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CEREBRO
VASCULAR ACCIDENT INFARK
Yuflihul Khair.,S.Kep.,Ns
PENGERTIAN
Cedera
serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena
insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah
disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap
embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat
ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995).
ETIOLOGI
Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral : Thrombosis ini terjadi pada
pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak
yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya
terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
2. Emboli : Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli
tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli : (a) Katup-katup jantung yang
rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD). (b) Myokard infark. (c) Fibrilasi,.
Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel sehingga
darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil. (d) Endokarditis oleh bakteri dan non
bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi : perdarahan intrakranial atau
intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam
jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan
hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak,
jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin
herniasi otak.
4.
Hypoksia Umum : (a) Hipertensi yang parah. (b) Cardiac Pulmonary Arrest. (c) Cardiac output turun akibat
aritmia
5. Hipoksia Setempat : (a) Spasme arteri serebral , yang
disertai perdarahan subarachnoid. (b) Vasokontriksi
arteri otak disertai sakit kepala migrain.
KLASIFIKASI
1. Stroke dapat
diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu : (a) Stroke Haemorhagi merupakan perdarahan
serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan
aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun. (b) Stroke Non Haemorhagi dapat berupa iskemia atau
emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder . Kesadaran umummnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit
atau stadiumnya: (a) TIA
(Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam. (b) Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang
dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses
dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari. (c) Stroke komplit : dimana gangguan neurologi yang timbul sudah
menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali
oleh serangan TIA berulang.
PATOFISIOLOGI
Infark
serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah
dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler)
atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus
dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah
dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus
mengakibatkan ;
1.
Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah
yang bersangkutan.
2.
Edema dan kongesti disekitar area.
Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu
sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,
CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa
infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan meyebabkan perdarahan cerebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur
arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.. Perdarahan intraserebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi
salah satunya cardiac arrest.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Rontgen kepala dan medula spinalis
2.
Elektro encephalografi
3.
Punksi lumbal
4.
Angiografi
5.
Computerized Tomografi Scanning ( CT. Scan)
6.
Magnetic Resonance Imaging
PENATALAKSANAAN
STROKE
1.
Pengobatan Konservatif : (a) Vasodilator meningkatkan aliran
darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia
belum dapat dibuktikan. (b) Dapat diberikan histamin, aminophilin,
asetazolamid, papaverin intra arterial. (c) Anti agregasi thrombosis
seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis
yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
2.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki
aliran darah serebral : (a) Endosterektomi
karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis
di leher. (b) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA. (c) Evaluasi bekuan darah
dilakukan pada stroke akut (d) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya
pada aneurisma.
KOMPLIKASI
Setelah
mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi ini dapat
dikelompokan Berdasarkan :
1. Berhubungan dengan immobilisasi ; infeksi pernafasan,
nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis: nyeri pada daerah
punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3.
Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dan sakit
kepala.
4.
Hidrocephalus
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG MUNKIN MUNCUL
1. Gangguan ferfusi
jaringan otak berhubungan dengan oklusi otak, perdarahan, vasospasme dan edema
otak.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
keadaan neurologi muskuler kelemahan , paraestesia, flaciad, paralisis.
3. Gangguan komunikasi verbal atau tulis
berhubungan dengan gangguan sirkulasi cerebral, gangguan neuromuskuler,
kehilangan kontrol tonus otot facial atau oral dan kelemahan secara umum.
4. Deficit perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan neuromuskuler, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol
otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL. Seperti makan, mandi,
mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
5. Gangguan harga diri, berhubungan dengan
biophysical, psikososial, perubahan persepsi kognitif
PENATALAKSANAAN
KEPERAWATAN
Diagnosa
I : Gangguan ferfusi jaringan otak berhubungan dengan oklusi otak, perdarahan,
vasospasme dan edema otak.
Tujuan
: (a) Mempertahankan/meningkatkan tingkat
kesadaran, kognitif, dan fungsi motorik sensorik. (b) Menunjukan kestabilan
tanda-tanda vital dan tidak adanya peningkatan TIK. (c) Menunjukan berkurangnya
kerusakan/defisit.
Intervensi
1.
Tentukan faktor penyebab gangguan yang berhubungan
dengan situasi individu, penyebab koma, penurunan perfusi serebral dan
potensial peningkatan TIK. Rasional :
Penyebab menentukan intervensi yang
akan dilaksanakan. Perubahan tanda-tanda neurologis atau kegagalan setelah
serangan mungkin memerlukan tindakan pembedahan serta memerlukan perawatan
kritis untuk memonitor TIK.
2. Monitor status neurologi dan bandingkan dengan standar. Rasional
: Kaji perubahan status kesadaran dan potensial terjadinya peningkatan TIK
berguna untuk menentukan lokasi, penyebaran dan kerusakan syaraf kranial. Dapat
pula memperkirakan peningkatan TIK yang mungkin berhubungan dengan thrombosis
CVA.Monitor vital sign: hipertensi atau hipotensi, bandingkan tekanan antara
kedua lengan. Gejala yang bervariasi dapat terjadi karena penekanan cerebral
atau adanya cedera pada area vasomotor otak. Hipertensi atau hipotensi dapat
merupakan faktor pencetus,. Hipotensi dapat terjadi karena syok atau kolapsnya
sirkulasi. Peningkatan TIK terjadi karena edema jaringan, atau formasi bekuan.
Bendungan pada arteri subklavial dapat tejadi karena perbedaan tekanan pada
kedua lengan.
3.
Auskultasi denyut jantung dan irama,serta adanya murmur.
Rasional : Perubahan denyut jantung terutama bradikardi dapat terjadi karena
kerusakan otak. Disritmia dan mur-mur karena penyakit jantung sebagai pencetus
CVA (seperti stroke setelah MI atau dari disfungsi katup).
4.
Amati respirasi, bentuk dan irama seperti cheyne stokes.
Rasional : Ketidakaturan dapat
menunjukan lokasi peningkatan TIK dan membutuhkan intervensi lebih lanjut
meliputi support pernafasan.
5.
Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman dan reaksi
terhadap cahaya. Rasional : Reaksi
pupil diatur oleh syaraf ke tiga kranial (okulomorik) yang menunjukan keutuhan
batang otak.ukuran pupil menunjukan keseimbangan antara parasimpatis dan
simpatis. Respon terhadap cahaya merupakan kombinasi fungsi dari sayaraf ke dua
dan ketiga kranial.
6.
Catat perubahan pandangan seperti pandangan kabur,
gangguan lapang pandang dan persepsi pandang. Rasional : Gangguan spesifik pada penglihatan
dipengaruhi oleh gangguan area otak, prerasaan aman dan dampak dari intervensi.
7.
Posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral (hanya
tempat tidurnya saja yang ditinggikan). Rasional : Menurunkan tekanan artrial dengan membantu drainase vena dan
dapat peningkatkan sirkulasi ferfusi cerebral.
8. Pertahankan istirahat di tempat tidur, beri lingkungan
yang tenang, batasai pengunjung dan aktivitas sesuai dengan indikasi. Berikan
latihan diantara periode istirahat batasi durasi pelaksanaan prosedur. Rasional : Stimulasi yang terus menerus akan
meningkatkan TIK. Istirahat mutlak dan ketenangan dibutuhkan untuk mencegah
perdarahan kembali pada kasus haemorrhagic.
9. Cegah mengedan yang terlalu kuat, bantu dengan latihan
nafas. Rasional : Valvasa manuver
akan meningkatkan TIK dan berisiko terjadinya perdarahan kembali.
10. Kaji adanya kaku
kuduk, twitching, kelelahan, iritabilitas dan onset kejang. Rasional : Merupakan indikasi iritasi meningen terutama
pada perdarahan. Kejang merupakan akibat dari peningkatan TIK.
Kolaborasi
:
1.
Berikan oksigen bila ada indikasi. Rasional : Menurunkan hipoksemia, yang dapat
menyebabkan vasodilatasi cerebral dan peningkatan tekanan formasi edema.
2. Berikan pengobatan sesuai dengan indikasi. Rasional :
Antikoagulan seperti, warfarin sodium, heparin, antiplatelets agen atau
dypridamole. Biasa digunakan untuk
meningkatkan aliran darah otak dan mencegah terjadinya embolus, kontra indikasi
meliputi hipertensi karena akan meningkatkan resiko perdarahan.
3.
Berikan antibiotika seperti Aminocaproic acid (amicar). Rasional
: Digunakan pada kasus haemorhagic,
untuk mencegah lisis bekuan darah dan perdarahan kembali. (a) Antihypertensi
digunakan pada hyperteni kronis, karena
managemen secara berlebihan akan meningkatkan perluasan kerusakan jaringan.
(b) Peripheral vasodilator seperti cyclandilate, papaverin, isoxsuprine digunakan untuk meningkatkan sirkulasi
kolteral atau menurunkan vasopasme. (c) Steroid, dexamethazone (Decadon)
digunakan untuk mengontrol edema
cerebral.
4. Berikan penitoin, Dilantin, Phenobarbital. Rasional :
Dapat digunakan untuk mengontrol kejang
atau sebagai sedative action.
5. Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi
seperti prothrombin, LED. Rasional : Membantu
memberikan informasi tentang ektivitas pemberian obat.
UNTUK MENDAPATKAN FILE LENGKAPNYA
DALAM FORMAT WORD (DOC) SILAHKAN KLIK DOWNLOAD DIBAWAH INI
0 Comments for "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CEREBRO VASCULAR ACCIDENT INFARK "