ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY.”G” DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG VK RUMAH SAKIT UMUM
PROPINSI (RSUP) NUSA TENGGARA BARAT
Yuflihul Khair, S.Kep
MASALAH
UTAMA : Nyeri pada
pinggang
TINJAUAN
TEORITIS
Pengertian
Ketuban pecah dini adalah ketuban
yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum
persalinan di mulai (William,2001).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya
cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum
proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan preterm sebelum
kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm (Saifudin,2002).
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum
in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5 cm (Sarwono Prawirohardjo, 2005).
Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang
KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan
yang menjadi faktor predesposisi adalah : (1) Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD. (2) Servik yang
inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
servik uteri (akibat persalinan, curetage). (3) Tekanan
intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli
disepakati sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan
terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. (4) Kelainan
letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah. (5) Faktor lain : (a) Faktor golongan
darah. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk
kelemahan jaringan kulit ketuban. (b) Faktor
disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. (c) Faktor multi graviditas, merokok dan
perdarahan antepartum. (d) Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam
askorbat (Vitamin C).
Tanda
Dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi
sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya "mengganjal" atau "menyumbat"
kebocoran untuk sementara.
Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Patofisiologis
Kantung ketuban adalah sebuah kantung
berdinding tipis yang berisi cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding
kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di
sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut
chorion. Cairan ketuban adalah cairan yang ada di
dalam kantung amnion. Cairan ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya
garam anorganik serta bahan organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan
diduga dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan
otak pada anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam.
Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah
tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih
kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam tiap jam. Manfaat
air ketuban Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau
memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan oleh
‘lingkungannya’ di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat janin
bergerak dengan bebas ke segala arah. Tak hanya itu, manfaat lain dari air
ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis kelamin, memeriksa kematangan
paru-paru janin, golongan darah serta rhesus, dan kelainan kongenital (bawaan),
susunan genetiknya, dan sebaginya. Caranya yaitu dengan mengambil cairan
ketuban melalui alat yang dimasukkan melalui dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah
dini dapat berlangsung sebagai berikut : (1) Selaput
ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban. (2) Kolagen
terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktivitas
dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan
inflamasi, terjadi peningkatan aktivitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput
korion/amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah
spontan.
Patofisiologi Pada infeksi
intrapartum : (1) ascending
infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang
intraamnion dengan dunia luar.(2) infeksi intraamnion
bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui
dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion. (3) mungkin
juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui
plasenta (sirkulasi fetomaternal). (4) tindakan
iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.
Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat
sangat penting. Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi
seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya
tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan
janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan
tepat. Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara : (1) Anamnesa : Penderita
merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba
dari jalan lahir atau ngepyok. Cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan
warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau belum ada, dan belum
ada pengeluaran lendir darah. (2) Inspeksi : Pengamatan
dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru
pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas. (3) Pemeriksaan dengan
spekulum : Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan
tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga
tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau mengadakan
manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior. (4) Pemeriksaan dalam : Didapat cairan di
dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan
dalam vagina dengan tocher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan
tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam,
jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang
normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan
dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.
Pemeriksaan Penunjang : (1) Pemeriksaan laboratorium : Cairan
yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau
sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning. (2) Tes Lakmus (tes
Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air
ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat
mengahsilakan tes yang positif palsu. (3) Mikroskopik
(tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan
kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. (4) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Pemeriksaan
ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada
kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahn pada penderita oligohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD
cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis
dengan anamnesa dan pemeriksaan sedehana.
Tabel : Diagnosis Ketuban Pecah Dini
(KPD)
No
|
Gejala & Tanda Selalu Ada
|
Gejala & Tanda Kadang-Kadang Ada
|
Diagnosis Kemungkinan
|
1
|
Keluar cairan ketuban
|
Ketuban pecah tiba-tiba
Cairan tampak di introitus
Tidak ada his dalam 1 jam
|
Ketuban pecah dini
|
2
|
Cairan vagina
berbau
Demam / menggigil
Nyeri perut
|
Riwayat keluarnya cairan
Uterus nyeri
Denyut jantung janin cepat
Perdarahan per vaginam sedikit
|
Amnionitis
|
3
|
Cairan vagina berbau
Tidak ada riwayat ketuban pecah
|
Gatal
Keputihan
Nyeri perut
Disuria
|
Vaginitis /
servisitis
|
4
|
Cairan vagina
berdarah
|
Nyeri perut
Gerak janin berkurang
Perdarahan banya
|
Perdarahan antepartum
|
5
|
Cairan berupa darah-lendir
|
Pembukaan & pendataran serviks
Ada his
|
Awal persalinan aterm atau preterm
|
Diagnosis infeksi intrapartum : (1) febris
di atas 38 C (kepustakaan lain 37.8 C) (2) ibu
takikardia (>100 denyut per menit). (3) fetal
takikardia (>160 denyut per menit).(3) nyeri
abdomen, nyeri tekan uterus. (4) cairan amnion
berwarna keruh atau hijau dan berbau. (4) leukositosis
pada pemeriksaan darah tepi (>15000-20000/mm3). (5) pemeriksaan
penunjang lain : leukosit esterase (+) (hasil degradasi leukosit, normal
negatif), pemeriksaan Gram, kultur darah.
Komplikasi
: (1) Tali pusat menumbung. (2) Prematuritas, persalinan preterm, jika terjadi pada
usia kehamilan preterm. (3) Oligohidramnion, bahkan sering partus kering karena air ketuban habis. (4) Infeksi maternal
: infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterine,
korioamnionitis (demam >380C, takikardi, leukositosis, nyeri uterus, cairan
vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ meningkat), endometritis. (5) Penekanan tali
pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi
pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada waktu lahir dan
Premature.
Komplikasi infeksi intrapartum : (1) Komplikasi
ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis
CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat
banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu. (2) Komplikasi
janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.
Penatalaksanaan
Kasus KPD yang cukup bulan, kalau
segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi bedah sesar, dan kalau
menunggu persalinan spontan akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus
KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa
tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara konservatif dengan maksud untuk
memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi
yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada
umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak
janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS
dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu
evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada
umur kehamilan 34 Minggu atau lebih biasanya paru-paru sudah matang,
chorioamnionitis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup bulan,
infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau
lamanya perode laten.
Penatalaksanaan KPD pada kehamilan
aterm (> 37 Minggu) : Beberapa penelitian menyebutkan lama periode
laten dan durasi KPD keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan
peningkatan kejadian infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara
pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan disebut periode latent = L.P =
“lag” period. Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P-nya. Pada hakikatnya
kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar
70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit
ketuban pecah. Bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada
tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan,dan bila gagal
dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotik profilaksis
dapat menurunkan infeksi pada ibu. Walaupun antibiotik tidak berfaedah terhadap
janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorioamninitis lebih penting dari
pada pengobatannya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dilakukan.
Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD
ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam
kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih
dari 6 jam.
Beberapa penulis menyarankan bersikap
aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam dengan
alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan mempersingkat
periode laten durasi KPD dapat diperpendek sehingga resiko infeksi dan trauma
obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu
pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan janin, ibu dan jalannya proses
persalinan berhubungan dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat
menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau
proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi
dilakukan dengan memperhatikan bishop score jika > 5 induksi dapat
dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil
akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
Penatalaksanaan KPD
pada kehamilan preterm (< 37 Minggu)
Pada kasus-kasus KPD dengan umur
kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaannya
bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang adekuat sebagai
profilaksi. Penderita perlu dirawat di rumah sakit, ditidurkan dalam posisi
trendelenberg, tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah
terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 Minggu,
obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent diberikan juga tujuan menunda
proses persalinan. Tujuan dari
pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada penderita KPD
kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama
menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda
infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur
kehamilan.
Induksi persalinan sebagai usaha agar
persalinan mulai berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his ternyata
dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang kadang-kadang tidak ringan.
Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani uteri,
ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi intoksikasi. Kegagalan
dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedah
sesar. Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah
sesar hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi
seyogyanya ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat
janin, partus tak maju, dll.
Selain komplikasi-komplikasi yang
dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata pengelolaan konservatif juga
dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan
yang ketat. Sehingga dikatan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan
penuh kewaspadaan terhadap kemungkinan infeksi intrauterin.
Patofisiologi KPD
ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Tanggal masuk :
9 Agustus 2011
Jam masuk :
09.20 WITA
Tanggal
Pengkajian : 10 Agustus 2011 Jam : 10.00 WITA
Ruang/kelas :
VK/III
Identitas
Pasien
(1) Nama Pasien : Ny. “G” . (2) Umur : 30 Tahun. (3) Suku/Bangsa : Sasak/Indonesia. (4) Agama : Islam. (5) Pendidikan : SMP. (6) Pekerjaa : IRT. (7) Alamat : Gunung
sari. (8)
Identitas Penanggung Jawab : (1) Nama : Tn. M. (2) Umur : 36 Tahun . (3) Suku/Bangsa :
Sasak/Indonesia. (4) Agama : Islam. (5) Pendidikan : SMA. (6) Pekerjaan : Wiraswasta. (7) Hubungan Dengan pasien : Suami
Riwayat keperawatan
Alasan
Masuk Rumah Sakit : (1) Klien Merupakan
Rujukan Dari Puskesmas Gunung Sari Dengan Perdarahan Jalan Lahir, Umur
Kehamilan 36-38 Minggu. (2) pada saat dikaji klien merupakan klien post partum yang sebelumnya
telah mengalami proses persalinan dengan sectio caesarea (sc), klien mengeluh
nyeri seperti ditusuk-tusuk pada luka bagian perut setelah dioperasi.
Riwayat Obstetri : (1) Riwayat
Menstruasi : Menarche
umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah darah relatif banyak
selama 6-7 hari. Klien tidak mengalami dismenorhea.
Riwayat
Kehamilan/nifas sebelumnya :
Anak Ke
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Komplikasi Nifas
|
Anak
|
Ket
|
||||||||
No.
|
Umur
|
U.K
|
Penyulit
|
jenis
|
Penolong
|
penyulit
|
Laserasi
|
Infeksi
|
perdarahan
|
Jenis
|
bb
|
pj
|
|
1
|
7 tahun
|
42 mgu
|
-
|
Normal
|
Bidan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Laki-kali
|
3300 g
|
-
|
Sehat
|
2
|
Ini
|
9 bln
|
-
|
SC
|
Dokter
|
Plasenta
previa
|
-
|
-
|
-
|
Laki-laki
|
3200g
|
-
|
Sehat
|
Riwayat KB : Saat ini
klien menggunakan alat kontrasepsi pil, tetapi klien pernah menggunakan
kontrasepsi jenis suntik sebelumnya yang mengakibatkan gangguan pada siklus
haid klien.
Riwayat Kesehatan : Klien tidak pernah menderita penyakit berat,
hanya batuk-pilek biasa. Klien mengatakan bahwa orang tuanya
menderita penyakit asma.
Kebutuhan Dasar Khusus : (1) Pola Nutrisi : Klien
makan 3 kali sehari, dengan cukup lauk dan sayuran. Klien tidak mengalami
gangguan nafsu makan dan tidak ada alergi makanan. (2) Pola
Aktivitas dan latihan : Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan
aktifitas seperti biasanya dan tidak menambah waktu istirahat karena klien
tidak merasa ada gangguan terhadap kehamilannya. Saat ini klien merasa nyeri
pada perut bagian bawah.
Pemeriksaaan Fisik: (1) Kesadaraan Umum : Composmentis. (2) Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
(3) Pernafasan : 27 X/menit. (4) Nadi: 85 X/menit.
(5) Konjungtiva : Anemis. (6) Sclera : Anikteric. Turgor kulit : Elastis. (7) Warna kulit : Agak pucat. (8) Inspeksi : Pembesaran relatif pada abdomen, Linea alba +, Striae pada perut
sedikit, terdapat luka post operasi. (9) Palpasi
: Leopold I : Tinggi Fundus
Uteri : 2 cm diatas simpisis Terdapat nyeri tekan pada area abdomen.
Data Penunjang
: (1) HCG
Test : Positif. (2) Hemoglobin : 9 mg%.
(3) Ultra
Sonografi :
-
Analisa Data
Data
|
Etiologi |
Masalah
Keperawatan
|
|||
Subyektif
:
-
Klien mengeluh
nyeri seperti ditusuk-tusuk pada bagian luka setelah dioperasi.
Obyektif :
-
Perdarahan (-)
-
Kulit agak pucat
-
TD = 120/80 mmHg
-
N = 84x/menit
-
Rr = 20x/menit
-
Skala nyeri: 4-6
|
SC
Luka
post operasi
|
Gangguan
Rasa Nyaman : Nyeri
|
Diagnosa Keperawatan
: Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan Luka post operasi SC
Intervensi Keperawatan
Tujuan : Klien
dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi : (1) Kaji
kondisi nyeri yang dialami klien. R/
Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun deskripsi. (2) Terangkan
nyeri yang diderita klien dan penyebabnya. R/
Meningkatkan koping klien dalam mengatasi nyeri. (3) Kolaborasi
pemberian analgetik. R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
Evaluasi
Tanggal
|
Diagnosa Kep.
|
Evaluasi
|
Paraf
|
10-8-2011
(12.00)
|
Gangguan rasa
nyaman: Nyeri berhubungan dengan luka post operasi SC
|
S : Klien
mengatakan nyeri pada luka perut berkurang.
O : Klien
tampak bisa beradaptasi dengan nyeri, klien tampak lebih tenang dari
sebelumnya.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
|
KLIK DOWNLOAD DIBAWAH INI UNTUK MENDAPATKAN
FILE LENGKAP DALAM BENTUK PDF
Tag :
KEPERAWATAN MATERNITAS
0 Comments for "RESUSME KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.”G” DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG VK RUMAH SAKIT UMUM PROPINSI (RSUP) NUSA TENGGARA BARAT"