OPERATING
BUDGET DALAM MANAGEMENT KEPERAWATAN
Yuflihul Khair, S.Kep.,NS
Pengertian Umum
Budgeting
Pengertian Budget
Budget
(Anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi
seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku
untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Dari pengertian di atas
nampaknya bahwa suatu Budget mempunyai empat unsur, yaitu: rencana meliputi seluruh
kegiatan perusahaan dinyatakan dalam unit moneter jangka waktu tertentu yang
akan datang
Manfaat Budget
Manfaat
Budget terdiri dari tiga pokok, yaitu : (1) Sebagai pedoman kerja. (2) Yang
mana berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arahan serta sekaligus
memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan
diwaktu yang akan datang. (3) Sebagai alat pengawasan kerja
Budget berfungsi pula sebagai tolok
ukur, sebagai alat pembanding untuk mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan
nanti. Dengan membandingkan apa yang tertuang di dalam Budget dengan apa yang
dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan
telah sukses bekerja atau kah kurang sukses bekerja.
Sebagai alat
pengkoordinasian kerja
Budget
berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasikan kerja agar semua bagian-bagian
yang terdapat didalam perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama
dengan baik untuk menuju ke sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian
kelancaran jalannya perusahaan akan lebih terjamin.
Proses Penyusunan
Budget
Sebagaiman
telah dijelaskan di atas, suatu Budget dapat berfungsi dengan baik bilamana
tafsiran-tafsiran (forecast) yang termuat didalamnya cukup akurat, sehingga
tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk bisa melakukan penafsiran
secara lebih akurat, diperlakukan sebagai data, informasi dan pengalaman, yang
merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan didalam menyusun Budget.
Adapaun faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, ialah :
Faktor-faktor
intern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di dalam perusahaan
sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa : (1) Kebijaksanaan
perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang
yang dijual, pemilihan saluran distribusi dan sebagainya. (2) Kapasitas
produksi yang dimiliki perusahaan. (3) Tenaga kerja yang dimiliki peruahaan,
baik jumlahnya (kuantitatif) maupun ketrampilan dan keahliannya (kualitatif).
(4) Modal kerja yang dimiliki perusahaan. (5) Fasilitas-fasilitas lain yang
dimiliki perusahaan. (6) Kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan yang berkaitan
dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perusahaan, baik di bidang pemasaran, dibidang
produksi, dibidang pembelanjaan, dibidang administrasi maupun dibidang
personalia.
Sampai
batas-batas tertentu, perusahaan masih dapat mengatur dan menyesuaikan
faktor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan untuk masa yang akan
datang. Misalnya Modal Kerja yang sekarang dimiliki dirasakan kurang untuk
periode Budget yang akan datang, maka perusahaan dalam batas-batas tertentu
masih bisa menambahnya, misalnya dengan meminta kredit ke Bank. Demikian pula
halnya dengan mesin-mesin, peralatan-peralatan, tenaga kerja serta
fasilitas-fasilitas lain, dalam batas-batas tertentu masih disesuaikan dengan
apa yang diinginkan untuk periode budget yang akan datang, baik ditambah maupun
dikurangi. Oleh karena itu faktor-faktor intern ini sering disebut sebagai
faktor yang controlable (dapat diukur), yaitu faktor-faktor yang dalam
batas-batas tertentu masih bisa disesuaikan dengan keinginan atau kebutuhan
untuk periode Budget yang akan datang.
Faktor-faktor
ekstern, yaitu data, informasi dan pengalaman yang terdapat di luar perusahaan,
tetapi dirasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Faktor-faktor
tersebut antara lain berupa : (1) Keadaan persaingan. (2) Tingkat pertumbuhan
penduduk. (3) Tingkat penghasilan masyarakat. (4) Tingkat pendidikan masyarakat.
(5) Tingkat penyebaran penduduk. (6) Agama,
adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. (7) Berbagai kebijakan pemerintah, baik
dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun keamanan. (8) Keadaan
perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan tehnologi dan sebagainya.
Terhadap
faktor-faktor ekstern ini, perusahaan tidak mampu utnuk mengaturnya sesuai
dengan apa yang diinginkanya dalam periode Budget yang akan datang. Oleh karena
itu faktor-faktor ekstern ini sering disebut sebagai faktor yang un-controlabel
(tidak dapat diukur), yaitu faktor-faktor yang tidak dapat diukur dan tidak
dapat disesuaikan dengan keinginan perusahaan. Akibatnya perusahaanlah yang
harus menyesuaiakan dirinya, menyesuaikan kebijaksanaan-kebijaksanaannya dengan
faktor-faktor tersebut.
PENGERTIAN BUDGETING
Dalam
pengertian Budget yang telah diuraikan di atas dapatlah diketahui bahwa Budget
merupakan hasil kerja (out-put) yang terutama berupa tafsira-tafsiran yang akan
dilaksanakan diwaktu yang akan datang. Karena suatu Budget merupakan hasil
kerja (out-put), maka Budget dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun
secara teratur dan sistematis. Sedangkan yang dimaksudka dengan Budgeting
adalah proses kegiatan yang menghasilakan Budget tersebut sebagai hasil kerja
(out-put), serta proses kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi Budget, yaitu fungsi-fungsi pedoman kerja, alat pengkoordinasian
kerja dan alat pengawasan kerja. Secara lebih terperinci, proses kegiatan yang
tercakup dalam Budgeting tersebut antara lain: (1) Pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan untuk menyusun Budget. (2) Pengolahan dan
penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan tafsiran-tafsiran
dalam rangka menyusun Budget. (3) Menyusun Budget serta menyajikannya secara
teratur dan sistematis. (4) Pengkoordinasian pelaksanaan Budget. (5) Pengumpulan
data dan informasi untuk keperluan pengawasan, yaitu untuk mengadakan penilaian
(evaluasi) terhadap pelaksanaan Budget. (6) Pengolahan dan penganalisaan data
tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan
dalam rangka mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah
dilaksanakan, serta menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai tindak lanjut (follow-up)
dari kesimpulan-kesimpulan tersebut.
Prosedur Penyususnan
Budget
Pada
dasarnya yang berwenang dan bertanggung jawab atau menyusun Budget serta
pelaksanaan kegiatan Budgeting lainnya, ada ditangan pimpinan tertinggi
perusahaan. Hal ini disebabkan karena pimpinan tertinggi perusahaanlah yang
paling berwewenang dan paling bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan
perusahaan secara keseluruhan. Namun demikian tugas menyiapkan dan menyusun
Budget serta kegiatan-kegiatan Budgeting lainnya tidak harus ditangani sendiri
oleh pimpinan tertinggi perusahaan, melainkan dapat didelegasikan kepada bagian
lain dalam perusahaan. Adapaun siapa-siapa atau bagian apa yang diserahi tugas
memprsiapkan dan menyusun Budget tersebut sangat tergantung pada struktur organisasi
dari masing-masing perusahaan. Akan tetapi pada garis besarnya tugas
mempersiapkan dan menyususn Budget ini dapat didelegasikan kepada : (1) Bagian
administrasi, bagian perusahan yang
kecil. Hal ini disebabkan karena bagi perusahaan yang kecil, kegiatan-kegiatan
perusahaan tidak terlalu kompleks, sederhana, dengan ruang lingkup yang
terbatas, sehingga tugas penyusunan Budget dapat diserahkan kepada salah satu
bagian saja dari perusahaan yang bersangkutan, dan tidak perlu banyak
melibatkan secara aktif seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. (2)
Panitia Budget, bagian perusahan yang besar. Hal ini disebabkan karena bagi
perusahaan besar, kegiatan-kegiatan perusahaan cukup kompleks, beraneka ragam
dengan ruang lingkup yang cukup luas, sehingga Bagian Administrasi tidak
mungkin dan tidak mampu lagi untuk menyusun Budget sendiri tanpa partisipasi
aktif bagian-bagian lain dalam perusahaan. Oleh sebab itu tugas menyusun Budget
perlu melibatkan semua unsur yang mewakili semua bagian yang ada di dalam perusahaan,
yang duduk dalam Panitia Budget. Tim penyusunan Budget ini biasanya diketuai
oleh pimpinan perusahaan (misalnya Wakil Direktur) dengan anggota-anggota yang
mewakili Bagian Pemasaran, Bagian Produksi, Bagian Pembelanjaan, serta Bgaian
Personalia. Di dalam Panitia Budget inilah dilakukan pembahasan-pembahasan
tentang rencana-rencana kegiatan yang akan datang, sehingga Budget yang
tersusun nanti merupakan kesepakatan bersama, sesuai dengan kondisi, fasilitas
serta kemampuan masing-masing bagian secara terpadu. Kesepakatan bersama ini
penting agar pelaksanaan Budget nanti benar-benar didukung oleh seluruh bagian
yang ada dalam perusahaan, sehingga memudahkan terciptanya kerja sama yang
saling menunjang dan terkoordinasikan dengan baik.
Baik
Budget yang disusun oleh Bagian Administrasi (perusahaan kecil), maupun yang
disusun oleh Panitia Budget (perusahaan besar), barulah merupakan Rancangan
Budget atau Draft Budget (tentative budget). Rancangan Budget inilah yang
diserahkan kepada pimpinan tertinggi untuk disahkan serta ditetapkan sebagai Budget yang
defenitif. Sebelum disahkan oleh pimpinan
tertinggi perusahaan, masih dimungkinkan untuk diadakan
perubahan-perubahan terhadap rancangan tersebut, dan dimungkinkan pula untuk
diadakannya pembahsan-pembahasan antara pimpinan tertinggi perusahaan dengan
pihak yang diserahi tugas menyusun Rancangan Budget tersebut. Setelah disahkan
oleh pimpinan tertinggi perusahaan, maka Rancangan Budget tersebut telah menjadi Budget yang defenitif, yang
akan dijadikan sebagai pedoman kerja, sebagai alat pengkooordinasian kerja dan
sebagai alat pengawasan kerja.
Isi Budget
Sebagaimana
telah diutarakan di atas, suatu Budget yang baik haruslah mencakup seluruh
kegiatan perusahaan, sehingga fungsi-fungsi Budget (pedoman kerja, alat
pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja) benar-benar dapat berjalan
dengan baik pula. Budget yang menyeluruh semacam itu sering
dinamakan Budget Komprehensif (Comprehensif Budget).
Adapun
isi dari Budget Komprehensif secara garis besar terdiri dari : (1) Forecasting
Budget (Budget Tafsiran), yaitu Budget yang berisi tafsiran-tafsiran (forecast)
tentang kegiatan-kegiatan perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang
akan datang, serta tafsiran-tafsiran (forecast) tentang keadaan atau posisi finansial
perusahaan pada suatu saat tertentu yang akan datang. (2) Variabel
Budget (Budget Variabel), yaitu Budget yang berisi tentang tingkat perubahan
beaya atau tingkat variabilitas beaya, khususnya beaya-beaya yang termasuk
kelompok beaya “semi variabel”, sehubungan dengan adanya perubahan
produktivitas perusahaan. (3) Analisa statistik dan matematika pembantu,
yaitu analisa-analisa statistik dan matematika yang dipergunakan untuk membuat
tafsiran-tafsiran (forecast) serta yang dipergunakan untuk mengadakan penilaian
(evaluasi) dalam rangka mengadakan pengawasan kerja. Semua analisa-analisa
tersebut perlu dimuat (dilampirkan) di dalam Budget yang disusun, agar setiap
waktu dapat diketahui, dapat diperiksa kembali dan dapat dinilai apakah metode
dan analisa yang dipergunakan tersebut memang sudah tepat ataukah perlu
direvisi sehubungan dengan adanya perubahan faktor-faktor tertentu di waktu
yang akan datang nanti. (4) Laporan Budget (Budget Report), yaitu
laporan tentang realisasi pelaksanan Budget, yang dilengkapi dengan berbagai
analisa perbandingan antara Budget dengan realisasinya itu, sehingga dapat
diketahui penyimpangan-penyimpangan yang bersifat positif (menguntungkan)
maupun yang bersifat negatif (merugikan), dapat diketahui sebab-sebab
terjadinya penyimpangan-penyimpangan tersebut, sehingga dapat ditarik beberapa
kesimpulan dan beberapa tindak
lanjut (follow-up) yang segera perlu
dilakukan. Dengan demikian dari Laporan Budget sekaligus dapat diadakan
penilaian (evaluasi) tentang sukses atau tidaknya kerja perusahaan selama
jangka waktu (periode) yang bersangkutan.
Operating Budget
Seperti
yang telah diuraikan di atas, bahwa salah satu isi Budget adalah Forecasting
Budget, yang diartikan sebagai Budget yang berisi tafsira-tafsiran (forecast)
tentang kegiatan-kegiatan perusahan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang
akan datang, serta berisi tafsira-tafsiran (forecast) tentang keadaan atau kondisi finansial
perusahaan pada suatu saat yang akan datang.
Dari
pengertian terebut nampaknya bahwa Forecasting Budget terdiri dari dua kelompok
Budget, yaitu : (1) Operating Budget (Budget Operasional) (2) Finansial Budget
(Budget Finansial)
Pengertian
Operating Budget
Operating
Budget adalah Budget yang berisi tafsiran-tafsiran tentang kegiatan-kegiatan
perusahaan dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.
Operating
Budget merencanakan tentang kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode
tertentu yang akan datang. Pada dasarnya kegiatan-kegiatan perusahaan selama
periode tertentu itu meliputi dua sektor, yaitu :
Sektor Penghasilan ( revenues), ialah pertambahan Aktiva perusahaan
yang mengakibatkan bertambahnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena penambahan
setoran modal baru dari para pemiliknya, dan bukan pula merupakan pertambahan
Aktiva perusahaan yang disebabkan karena bertambah Utang. Sering pula dikatakan
bahwa Penghasilan adalah suatu kondisi prestasi yang diterima oleh perusahaan
atas “sesuatu” yang diberikan kepada pihak lain, atau atas jasa-jasa yang
diberikan kepada pihak lain.
Dipandang
dari sudut hubungannya dengan usaha utama perusahaan, penghasilan dapat
dibedakan menjadi dua sub sektor, yaitu : (1) Sub-sektor Penghasilan Utama
(Operating Revenues), ialah penghasilan yang diterima perusahaan, yang berasal
dan berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan. (2) Sub-sektor Penghasilan
Bukan Utama (Non-Operating Revenues), ialah penghasilan yang diterima
perusahaan, yang tidak berasal dan tidak berhubungan erat dengan usaha pokok
perusahaan, melainkan dari usaha sampingan perusahaan.
Sektor Beaya (Expenses), ialah pengurangan Aktiva perusahaan
yang mengakibatkan berkurangnya Modal Sendiri, tetapi bukan karena pengurangan
(pengambilan) modal oleh para pemiliknya, dan bukan pula merupakan pengurangan
Aktiva perusahaan yang disebabkan karena berkurangnya utang. Sering pula
dikatakan bahwa Beaya adalah suatu kontra pretasi yang diberikan oleh
perusahaan atas “ sesuatu” yang diterima dari pihak lain, atau jasa-jasa yang
diterima dari pihak lain.
Dipandang
dari sudut hubungannya dengan usaha utama perusahaan, beaya dapat dibedakan
menjadi dua sub-sektor, yaitu :
(a)
Sub-sektor Beaya Utama (Operating Expenses), ialah beaya yang menjadi beban
tanggungan perusahaan, yang berhubungan erat dengan usaha pokok perusahaan. (b)
Dalam perusahaan industri, Beaya Utama dibedakan lagi ke dalam tiga kelompok
beaya, yaitu :
Beaya
Pabrik (Factory Cost), ialah semua beaya yang terjadi serta terdapat di dalam
lingkungan tempat dimana proses produksi berlangsung. Beaya-beaya Pabrik ini
dibedakan lagi dalam tiga kelompok, yaitu: (1) Beaya Bahan Mentah (Direct
Materials), ialah beaya yang terdiri dari semua bahan-bahan yang dikerjakan di
dalam proses produksi, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan
dijual. (2) Upah Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour), ialah upah yang
dibayarkan perusahaan kepada para tenaga kerja yang secara langsung memproses
bahan mentah, untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.(3) Beaya
Pabrik Tidak Langsung (Factory Overhead), ialah semua beaya yang terdapat di
dalam lingkungan pabrik, tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan
kegiatan proses produksi, yaitu proses mengubah bahan mentah menjadi bahan lain
yang nantinya akan dijual. Termasuk dalam kelompok Beaya Pabrik Tidak Langsung
ini antara lain Beaya Bahan Pembantu (Indirect Materials), Upah Tenaga Kerja
Tidak Langsung (Indirect Labour), Beaya Pemeliharaan Pabrik (Factory
Maintenance) Beaya Reparasi Pabrik (Factory Repair), Depresiasi Gedung Pabrik
(Depreciation of Factory Equipment), Beaya Listrik Pabrik (Factory Heat and
Light) dan sebagainya.
Beaya
Administrasi (Administration Expenses), ialah semua beaya yang terjadi serta
terdapat di dalam lingkungan kantor administrasi perusahaan, serta beaya-beaya
lain yang sifatnya untuk keperluan perusahaan secara keseluruhan. Termasuk
dalam kelompok Beaya Administrasi ini antara lain : (1) Gaji Karyawan Kantor
(Office Salaries), ialah gaji yang dibayarkan kepada para karyawandi kantor
administrasi. (2) Gaji Pemeliharaan Kantor (Office Manintenance), ialah beaya
untuk pemeliharaan ruangan dan peralatan kantor administrasi. (3) Beaya
Perbaikan Kantor (Office Repair), ialah beaya untuk perbaikan ruangan dan
peralatan kantor administrasi. (4) Depresiasi Peralatan Kantor (Depreciation of
Office Furniture), ialah beban depresiasi terhadap peralatan-peralatan di
kantor administrasi. (5) Depresiasi Gedung Kantor (Depreciation of Office
Building), ialah beban depresiasi terhadap bangunan (gedung) kantor
administrasi. (6) Beaya Listrik Kantor (Office Heat and Light), ialah beaya
listrik untuk keperluan kantor administrasi. (7)Beaya Telepon Kantor (Office
Telephone), ialah beaya telepon untuk keperluan kantor administrasi. (8) Beaya
Asuransi Kantor (Office Insurance), ialah biaya asuransi terhadap bagunan serta
peralatan kantor administrasi. (9) Beaya Supplies Kantor (Office Supplies),
ialah biaya untuk keperluan-keperluan tulis-menulis serta keperluan-keperluan
kecil lainnya di kantor administrasi, seperti kertas, karbon, lem, tinta,
matera, perangko, dan sebagainya.
Beaya
Penjualan (Selling Expenses), ialah semua biaya yang terjadi serta terdapat di
dalam lingkungan Bagian Penjualan, serta beaya-beaya lain yang berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Penjualan. Termasuk dalam
kelompok Beaya Penjualan ini antara lain: (1) Gaji Karyawan Penjualan : (Store
Salaries), ialah gaji yang dibayarkan kepada para karyawan di Bagian Penjualan.
(2) Beaya Pemeliharaan Bagian Penjualan (Store Maintanance), ialah beaya untuk
pemeliharaan ruangan dan peralatan Bagian Penjualan. (3) Beaya Perbaikan Bagian
Penjualan (Store Repair), ialah beaya untuk perbaikan ruangan dan peralatan
Bagian Penjualan. (4) Depresiasi Peralatan Bagian Penjualan (Depreciation of Store Furnitures), ialah beban depresiasi
terhadap peralatan-peralatan Bagian Penjualan. (5) Depresiasi Gedung Bagian
Penjualan (Depreciation of Store Building), ialah beban depresiasi terhadap
bangunan (gedung) Bagian Penjualan. (6) Beaya Listrik Bagian Penjualan (Store
Heat and Light), ialah beaya listrik untuk keperluan Bagian Penjualan. (7) Beaya
Telpon Bagian Penjualan (Store Telephone), ialah beaya telepon untuk keperluan
Bagian Penjualan. (8) Beaya Asuransi Bagian Penjualan (Store Insurance), ialah
beaya asuransi terhadap bangunan serta peralatan Bagian Penjualan. (9) Beaya
Supplies Bagian Penjualan (Store Suplieses), ialah beaya untuk
keperluan-keperluan kecil lainnya di Bagian Penjualan, seperti kertas, karbon,
tinta, tali, dan sebagainya. (10)Beaya Advertensi (Advertising), ialah beaya
pemasangan iklan diberbagai media massa untuk keperluan meningkatkan penjualan.
(a).Sektor-sektor
Beaya Buka Utama (Non-Operating Expenses), ialah beaya yang menjadi beban
tanggungan perusahaan, yang tidak berhubungan erat dengan usaha pokok
prusahaan. Dari uraian serta pembahsan di atas telah diketahui bahwa Operating
Budget merencanakan tentang kegiatan-kegiatan perusahaan selama periode
tertentu yang akan datang, baik kegiatan yang berhubungan dengan sektor
penghasilan maupun kegiatan yang berhubungan dengan sektor beaya. Di dalam
akutansi, kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sektor penghasilan
berhubungan dengan sektor beaya ini pada akhir periode dituangkan dalam Laporan
Rugi-Laba (Income Statement) perusahaan. Bilamana selama bekerja dalam periode
yang bersangkutan, penghasilan lebih besar dari beban beayayang harus
ditanggung, berarti perusahaan memperoleh keuntungan, sedangkan bilamana selama
bekerja dalam periode yang bersangkutan, penghasilan yang diterima lebih kecil
daripada beban beaya yang harus ditanggung, berarti perusahaan menderita
kerugian. Oleh karena itu Operating Budget sering pula disebut sebagai Income
Statement Budget (Budget Rugi-Laba).
Atas
dasar kelengkapan isinya, Income Statement Budget dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
(1) Master Income Statement Budget (Budget Induk Rugi-Laba), ialah Budget
tentang penghasilan dan beaya perusahaan, yang berisi tafsiran-tafsiran secara
garis besar (global) dan kurang dijabarkan secara lebih terperinci, seperti
misalnya tafsiran-tafsiran semesteran, tahunan dan sebagainya. (2) Income
Statement Supporting Budget (Budget Penunjang Rugi-Laba), ialah Budget tentang penghasilan
dan beaya perusahaan, yang berisi tafsiran-tafsiran yang lebih terperinci,
seperti misalnya terperinci dari waktu ke waktu (bulanan), terperinci menurut
bagian (departemen) yang ada dan sebagainya. Dengan demikian Income Statement
Supporting Budget ini merupakan penjabaran serta perincian lebih lanjut dari
Master Income Statement Budget yang hanya memuat tafsiran-tafsiran secara garis
besar saja, masih belum memungkinkan Budget tersebut menjalankan fungsinya.
Agar supaya Budget dapat berfungsi sebagai
pedoman kerja, sebagai alat koordinasi kerja dan sebagai alat pengawas kerja,
maka Budget harus disusun secara jelas dan terperinci.
Tahap-tahap
Penyusunan Operating Budget
Operating
Budget secara terperinci disusun dalam Income Statement Supporting Budget, yang
pada dasarnya berisi Budget tentang penghasilan, yaitu tentang Budget
penjualan, dan Budget-Budget tentang beaya, yaitu Budget Produksi serta Budget
Beaya Administrasi dan Budget Beaya Penjualan. Antara Budget tentang
penghasilan dengan Budget-Budget tentang
Beaya tersebut mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat. Di satu pihak,
besar kecilnya penjualan (penghasilan) mungkin ditentukan (dipengaruhi) oleh
besar kecilnya produksi (beaya), tetapi di pihak lain, besarnya produksi (beaya)
mungkin justru ditentukan (dipengaruhi)
oleh besarnya penjualan. Dengan perkataan lain, ada dua alternatif
kemungkinan tentang hubungan timbal balik antara produksi dengan penjualam
tersebut, yaitu :
1. Alternatif
Pertama : Besarnya penjualan ditentukan oleh besarnya produksi. Ini berarti
bahwa berapa jumlah penjualan perusahaan
selama periode yang akan datang
ditentukan oleh berapa jumlah barang yang mampu diproduksi perusahaan
selama periode tersebut. Dengan demikian jika selama periode yang akan datang,
perusahaan mampu memproduksi barang dalam jumlah yang besar, maka sebesar itu
pulalah jumlah penjualan yang akan dilakukan perusahaan dalam periode tersebut.
Sebaliknya jika selama periode yang akan datang, perusahaan hanya mampu
memproduksikan barang dalam jumlah sedikit, maka sejumlah sedikit pulalah
penjualan yang akan dilakukan perusahaan selama periode tersebut.
2. Alternatif kedua : Besarnya produksi justru ditentukan
oleh besarnya penjualan. Ini berarti bahwa jumlah barang yang akan diproduksi
perusahaan selama periode yang akan datang ditentukan oleh berapa jumlah barang
yang mampu dijual (dipasarkan) oleh perusahaan selama periode tersebut. Dengan
demikian, jika selama periode yang akan datang, perusahaan mampu menjual
(memasarkan) barang dalam jumlah yang besar, maka sebesar itu pulalah produksi
yang yang akan dilakukan perusahaan, dalam periode tersebut. Sebaliknya jika
selama periode yang akan datang perusahaan hanya mampu menjual (memasarkan)
barang dalam jumlah yang sedikit, maka sejumlah sedikit itu pulalah produksi
yang akan dilakukan perusahaan dalam periode yang akan datang.
KLIK DOWNLOAD DIBAWAH INI UNTUK MENDAPATKAN
FILE LENGKAP DALAM BENTUK PDF
Tag :
MANAJEMEN KEPERAWATAN
0 Comments for "OPERATING BUDGET DALAM MANAGEMENT KEPERAWATAN"