TREN
KEPERAWATAN ANAK
BAHAYA
BABY WALKER
Yuflihul Khair, S.Kep.,Ns
PENDAHULUAN
Sebagai orang tua, tentunya sangat
bahagia melihat bayi Anda tumbuh dengan sehat. Apalagi ketika si bayi mulai
memasuki fase belajar berjalan. Lelah dalam menjaga ? Tentu saja ! Karena butuh
penjagaan ekstra saat tahap ini mulai memasuki kehidupan si bayi. Pastinya ada
diantara para orang tua yang merasa fase ini agak menggangu kegiatan, dan
akhirnya memutuskan untuk memakai baby walker, kepraktisannya seringkali
menjadi pilihan untuk membantu bayinya belajar berjalan, ibu bisa sambil
melakukan pekerjaan rumah dan si bayi dapat sekaligus belajar berjalan.
Dan dari uraian singkat diatas
muncul berbagai pertanyaan . Bermanfaatkah baby walker untuk membantu anak
belajar berjalan? Ataukah malah sebaliknya?. Penggunaan baby walkers merupakan
topik kontroversial hingga saat ini. Tapi jelas, bahwa the American Academy of Pediatrics mengatakan
dalam laporan resmi mereka 'Baby Walkers itu BERBAHAYA!' mereka menyarankan
agar anda 'buang jauh-jauh saja baby walker anda' berdasar fakta bahwa: Menurut
penelitian di Amerika Serikat, terdapat sekitar 14.000 kasus bayi masuk rumah
sakit yang diakibatkan oleh kecelakaan saat menggunakan baby walker.
Penyebabnya bermacam, seperti : si bayi yang suka bereksplorasi ke setiap sudut
ruangan rumah termasuk tempat - tempat yang berbahaya, komposisi roda yang
tidak stabil dan cenderung tidak mendukung keamanan, komposisi rangka yang
kurang kokoh. Serta terdapat 34 anak-anak sudah menemui ajalnya semenjak tahun
1973 hanya karena baby walkers. Bahkan AAP lebih jauh lagi mengimbau “sebuah
pelarangan pembuatan dan penjualan baby walkers dengan roda”.
Di antara seluruh produk untuk bayi,
baby walker menuruti peringkat pertama penyebab kecelakaan pada anak kecil
dengan angka cukup signifikan. Bahkan, tak main-main, sebuah penelitian pada
271 anak yang celaka akibat baby walker, 96%-nya terjadi akibat anak jatuh dari
tangga saat ia memakai baby walker-nya. Kasus yang lain yang pernah dilaporkan
adalah jari terjepit, tersandung, luka bakar, ataupun menelan benda asing.
Pemakaian baby walker terbatas pada
usia tertentu yaitu usia 5-15 bulan, ketika bayi sudah mulai duduk tegak namun
belum dapat berjalan sendiri. Ini menyebabkan kecelakaan paling banyak terjadi
pada usia tersebut.
Banyak alasan yang mendasari
keinginan membeli baby walker. Umumnya ditujukan untuk melatih bayi
menggunakan otot kaki. Ini kerap menjadi alasan utama. Dalam praktiknya banyak
juga ibu menjadikan baby walker sebagai alternatif permainan untuk
menyibukkan bayi saat ibu melakukan kegiatan lain, atau menjadi alat bantu yang
membuat bayi merasa senang dan diam saat diberi makan. Namun banyak juga orang
tua yang membeli baby walker hanya karena lantaran ikut-ikutan tetangga atau
teman.
DAMPAK
NEGATIV PENGGUNAAN BABY WALKER
Keamanan :
Memakai baby walker untuk bayi yang
sedang belajar berjalan sebenarnya telah menjadi “tradisi” sejak –setidaknya-
pertengahan tahun 1600-an, dan baru dua dekade belakangan, para ahli menemukan
bahwa bahayanya jauh melebihi keuntungannya. Di negara maju, diperkirakan
25.000 anak per tahun dibawa ke Unit Gawat Darurat akibat kecelakaan yang
berkaitan dengan baby walker. Tentunya timbul pertanyaan, mengapa demikian?
Penyebabnya bermacam, seperti : si
bayi yang suka bereksplorasi ke setiap sudut ruangan rumah termasuk tempat -
tempat yang berbahaya, komposisi roda yang tidak stabil dan cenderung tidak
mendukung keamanan, komposisi rangka yang kurang kokoh.
Selain itu, tentunya bayi pun belum
bisa mengenal situasi lingkungan, belum bisa membedakan mana permukaan curam
atau landai, tangga atau lantai. Salah satu penyebab kecelakaan ketika
menggunakan baby walker adalah anak dapat bergerak leluasa, sehingga
bisa menggelinding di tangga, terjepit daun pintu, atau menjangkau benda-benda
berbahaya bagi anak (seperti gunting, pisau, gelas berisi air panas).
Ada juga orang tua yang berpendapat
bahwa boleh saja menggunakan baby walker selama anak diawasi.
Kenyataannya penelitian menunjukkan mayoritas kecelakaan akibat baby walker
terjadi disaat anak dalam pengawasan orang tua maupun pengasuh. Ini karena baby
walker memungkinkan anak bergerak cukup cepat, rata-rata 1-3 meter
perdetik. Anak terlanjur bergerak ke arah yang membahayakannya sebelum pengawas
sempat menghentikannya. Bahkan, dari 271 anak yang celaka akibat baby walker,
78%-nya sedang dalam pengawasan dengan 69%-nya diawasi oleh orang dewasa.
Bagaimana dengan tanda peringatan
yang selalu ada di setiap kemasan produk tersebut? Dari studi yang sama,
sebagian besar orang tua menyadari sebelumnya bahwa baby walker memang
berpotensi menyebabkan kecelakaan, bahkan setelah kecelakaan terjadi, sebagian
dari mereka ada yang memakai kembali baby walker pada anak yang sama atau pada
adiknya dengan berbagai alasan, misalnya “si bayi tampak menyukainya”, atau
“kecelakaan yang terjadi bukan karena baby walker-nya, tetapi karena
kelengahan”, dan sebagainya. Sehingga, tanda peringatan tentang bahaya baby
walker tidaklah efektif untuk mencegah kecelakaan yang bisa terjadi.
Masalah
Motoric :
Beberapa ahli berpendapat, pengunaan
baby walker dari sisi medis pun sebenarnya tidak cukup bermanfaat malah
cenderung merugikan karena aktivitas motorik yang terjadi saat anak menggunakan
baby walker hanya melibatkan sebagian serabut motorik otot saja yaitu otot -
otot betis. Padahal untuk bisa berjalan dengan lancar dan benar fungsi otot
paha dan otot pinggul juga perlu dilatih. Kemampuan berjalan merupakan gerakan
yang dihasilkan koordinasi otot - otot besar, bila proses pelatihan tidak
benar, bayi jadi lambat berjalan. Sebaliknya, semakin intensif dan tepat
simulasi fisiknya serta dibarengi asupan gizi seimbang, mungkin saja di usia 9
- 10 bulan, bayi sudah bisa berjalan.
Dr. Karel A.L. Staa, MD, spesialis
anak dari RS Pondok Indah Jakarta mengatakan baby walker berpotensi
mengganggu perkembangan motorik kaki anak. Sebab, untuk bergerak anak hanya
perlu menggunakan sebagian serabut motorik otot kaki. Misal dengan menggerakkan
ujung jari dan mengandalkan otot-otot betis, dalam posisi duduk sekalipun, anak
bisa berpindah tempat.
Sementara untuk bisa berjalan dengan
benar dan lancar, anak perlu melatih otot paha dan pinggul. Dan ini sering
tidak terpenuhi bila anak dibiasakan bermain dengan baby walker.
Akibatnya otot tungkai tidak terlatih untuk menyangga tubuh anak saat berjalan.
Anak jadi sering jatuh. Hal ini bisa menimbulkan trauma yang membuat anak takut
melangkah, dan akhirnya membuat dia lambat pandai berjalan. Ditambah lagi ada
efek psikologis yang membuat anak malas berjalan mandiri karena baby walker
membuatnya terbiasa bergerak ke sana kemari tanpa susah payah menjejakan kaki
di lantai.
Baby walker juga dicurigai sebagai salah satu
penyebab kelainan kaki pada anak. Pasalnya duduk mengangkang di dalam baby
walker bisa menyebabkan kelainan tulang paha. Para ahli menduga banyaknya
anak berjalan seperti bebek atau mengangkang karena pengaruh baby walker.
Hal ini
seperti yang diungkapkan dr Ayu,
beliau menuturkan secara logika hal tersebut bisa saja membuat anak lambat
jalan dikarenakan kurangnya stimulasi yang didapatkan si anak dalam proses
perkembangannya. Menurutnya, setiap perkembangan anak itu ada tahapan
tersendirinya. Saat usia 6-8 bulan adalah saatnya anak belajar merangkak dan
merayap. Tapi jika anak sudah diberikan baby walker, maka tahapan ini akan
terlewati dan bisa mempengaruhi perkembangan anak nantinya.
Perkembangan pada bayi itu
tergantung dari latihannya. Jika anak kurang berlatih, maka bisa jadi tahap
perkembangannya menjadi terlambat. Anak yang menggunakan baby walker cenderung
membuat anak malas untuk berusaha sendiri, sehingga rangsangan atau stimulasi
untuk otot-ototnya menjadi berkurang. Efek negatif lainnya membuat anak menjadi
tidak percaya diri untuk berlatih berjalan sendiri tanpa bantuan baby walker.
Stimulasi yang bagus itu harus
mencakup semua aspek misalnya otot tangan, kaki dan lainnya. Karena itu semakin
banyak gerak yang dilakukan anak dalam proses perkembangannya maka stimulasi
yang diberikan ke otaknya juga akan semakin bagus," ungkap dokter yang
berpraktik di RS Bunda Menteng, Jakarta Pusat. Selain itu, setiap perkembangan
anak memiliki fase kritis tersendiri. Misalnya anak usia 10 bulan saatnya untuk
belajar berjalan, jika anak tidak dilatih menstimulasi sendiri maka kedepannya
anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa berjalan sendiri. Dijelaskan
anak yang menggunakan baby walker baisanya hanya menggunakan sedikit tenaga
saja tapi bisa meluncur dengan jauh sehingga tenaga yang dibutuhkannya lebih
sedikit.
Kekurangan lainnya adalah kaki anak
biasanya menjadi jinjit, ini karena dengan baby walker telapak kaki anak tidak
akan menapak dengan sempurna. Jika hal ini terus berlangsung maka nantinya bisa
menjadi kebiasaan bagi anak. Sudah dipercaya secara umum bahwa walkers bayi
tidak menolong bayi anda untuk berjalan lebih cepat daripada bayi yang enggak
memakai walker. Faktanya, sebuah studi pernah dilakukan, berjudul Efek Dari Baby Walkers Terhadap Perkembangan
Motorik dan Mental Bayi Manusia, menyimpulkan bahwa “bayi yang duduk
dan mengalami pengalaman menggunakan walkers, merangkak,akan berjalan lebih
lambat nantinya daripada yang tidak memakai walkers, dan mereka mempunyai nilai
lebih rendah di skor Bayley
untuk perkembangan motorik dan mental.” Studi yang lain, Baby
Walkers : Alat Perkembangan atau Bahaya Laten, menemukan bahwa “penggunaan
walker bayi tidak berpengaruh terhadap kepiawaian bayi berjalan”.
SARAN
Dari uraian
tersebut, untuk itu peran kita sebagai perawat serta orang tua dalam menghadapi
masalah tersebut adalah untuk lebih bijak dan cermat dalam menentukan sebuah
pilihan. Utamakan keselamatan anak, menjadi orang tua memang sulit dan berat
tetapi itu adalah sebuah konsekuensi yang timbul karena pilihan kita untuk
memiliki anak.
Selain itu bila ingin melatih motorik kaki,
lebih baik anak dilepas di lantai dan belajar berjalan secara alami dengan kaki
terlanjang. Cara ini bisa melatih seluruh serabut motorik otot, mulai dari otot
betis, paha, sampai pinggul, juga membantu merangsang koordinasi jemari
kaki, sehingga memembuat anak bisa berjalan dengan lebih baik. Jika anak
mengalami jatuh bangun, itu hal biasa yang justru memberi pengalaman pada anak
untuk tidak mudah menyerah.
Tentunya belajar berjalan secara
alami ini membutuhkan bantuan dan pengawasan orang tua. Ada beberapa persiapan
sederhana yang perlu dilakukan, seperti memastikan lantai dalam keadaan bersih
dan tidak licin. Selain itu ajaklah si kecil berenang. Kegiatan yang satu ini
membuat seluruh otot tubuh bergerak, temasuk kaki, lengan, dan leher. Dan ini
sangat bagus untuk merangsang perkembangan motorik anak.
Kalau pun tidak, latih bayi anda
dengan cara mentitah karena 100% dapat melatih otot serabut motoriknya. Sebaiknya
latihan berjalan pun dilakukan dengan telanjang kaki karena membantu melatih
jari - jari kaki lebih terkoordinasi. Hindari lantai licin yang dapat membuat
bayi anda terpeleset, yang akhirnya membuat anak trauma dan takut berjalan.
Jadi sebenarnya lebih menguntungkan
kalau kita sebagai orang tua memakai cara alami dalam mengajarkan anak berjalan
daripada memakai alat penunjang. Meskipun anak harus sering terjatuh, anggaplah
hal ini sebagai pelajaran dari pengalamannya sendiri. Jadi, pertimbangkan kembali
sebelum memutuskan untuk menggunakan baby walker.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2008.
Bahaya Baby Walker. (online). (http://dranak.blogspot.com, diakses 2
Maret 2012
Anonym,
2009. Baby Walker Perlu atau Tidak. (online) (http://parentsindonesia.com), diakses 2 Maret 2012
Farah Vera,
2010. Bermanfaatkah Baby Walker untuk Anak. (http://health.detik.com), diakses 2 Maret 2012
Ika
Fitrianan, 2007. Bolehkah Menggunakan Baby Walker. (http://bayikita.wordpress.com),
diakses 2
Maret 2012
Khoiron,
2011. Dampak Buruk Penggunaan Baby Walker. (http://danishmubarok.blogspot.com ),
diakses 2
Maret 2012
Smith AG,
Bowman MJ, Luria JW, Shilds BJ, Baby Walker-related injuries continue despite
warning labels and public education. Pediatrics Vol.100 No.2 Agustus 1997.
KLIK DOWNLOAD DIBAWAH INI UNTUK MENDAPATKAN
FILE LENGKAP DALAM BENTUK PDF
Tag :
KEPERAWATAN ANAK
0 Comments for "TREN KEPERAWATAN ANAK BAHAYA BABY WALKER"