LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CONGESTIF HEART FAILURE(CHF)
Yuflihul
Khair.,S.Kep.,Ns
PENGERTIAN
Congestif Heart Failure (CHF) atau Gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolic secara abnormal (Mansjoer, 2007).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi (Smeltzer, 2001)
ETIOLOGI
1. Kelainan otot jantung
2. Aterosklerosis koroner
3. Hipertensi sistemik dan pulmonal
4. Peradangan/ penyakit miokardium degenerative
5. Penyakit jantung lain
6. Faktor sistemik
KLASIFIKASI
GAGAL JANTUNG DAN MEKANISME KLINIS
1. Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi
paru menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang
terjadi meliputi :
(a) Dispneu . (b) Batuk . (c) Mudah lelah .
(d) Denyut jantung cepat . (e) Kecemasan dan
kegelisahan
2. Gagal jantung kanan : bila ventrikel
kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini
terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang
tampak meliputi:
(a) Edema ekstremitas bawah (pitting edema). (b) Pertambahan berat badan . (c) Hepatomegali . (e) Distensi vena leher .
(f) Asites . (g) Anoreksia dan mual . (h) Nokturi dan lemah
3. Gagal jantung sisi kiri dan kanan : Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel
kiri murni sinonim dengan edema paru akut, karena curah jantung ventrikel
berpasangan atau sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mendasari gagal
jantung, meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan
curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Konsep dari curah jantung
paling baik dijelaskan dengan persamaan CO : HR x SV dimana curah jantung (CO :
cardiac output) adalah fungsi frekwensi jantung (HR x Volume sekuncup)
Frekwensi jantung diatur oleh
fungsi system saraf otonom. Bila curah jantung berkurang, system saraf simpatis
akan mempercepat frekwensi jantung untuk mempertahankan curah jantu. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama
kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan
volume curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup
merupakan jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada 3
faktor : preload, kontraktilitas dan afterload. Pada gagal jantung, jika satu
atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu maka hasilnya curah jantung
berkurang.
DIAGNOSIS GAGAL
JANTUNG KONGESTIF
Kriteria Mayor
a. Dispneu nocturnal proksimal atau ortopnea
b. Peningkatan vena jugularis
c. Ronki basah tidak nyaring
d. Kardiomegali
e. Edema paru aktif
f. Irama derap S3
g. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
h. Refluks hepatojugular
Kriteria minor
a. Edema pergelangan kaki
b. Batuk pada malam hari
c. Dyspnea d’effort
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. Kapasitas berkurang menjadi 1/3 maksimum
g. Takikardi (>120 x/menit)
Kriteria mayor atau
minor
Penurunan berat badan > 4,5 kg
dalam 5 hari setelah terapi
NURSING PATHWAY
: Klik Disini
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan foto torax, dapat mengarah kekardiomegali,
corakan vaskuler paru menggambarkan kronialisasi garis kerley A/B, impiltrasi
prekardial kedua paru dan efusi fleura
2. Fungis elektrokardiomiografi (EKG) untul melihat penyakit
yang mendasari seperti infark miokard dan aritmia.
3. Pemeriksaan Hb, elektrolit, elektrokardiomiografi,
angiopati, fungsi ginjal dan fungsi tiroid dilakukan atas indikasi
PENATALAKSANAAN
1. Menigkatkan oksigen dengan pemberian oksigen dan
menurunkan oksigen O2 melalui istirahat/pembatasan aktifitas.
2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung : (a) Mengatasi keadaan yang repersibel, termasuk tirotoksikosis miksidema dan
aritmia.
(b) Digitalisasi
Dosis digitalis : (a) Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan
2 x 0,5 mg selama 24 jam .
(b) Digoksin IV 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam . (c) Cedilanid IV 1,2-1,6 mg dalam 24 jam
Dosisi penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari, untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis
disesuaikan
Dosis penunjang
digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg
Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat
: (a) Digoksin : 1-1,5 mg IV perlahan-lahan. (b) Cedilanid
0,4-0,8 mg IV perlahan-lahan.
3. Menurunkan beban jantung : (a) Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, deuretik dan vasodilator. (b) Menurunkan beban akhir dengan dilator arteriol
PENGKAJIAN
Pengkajian primer
(1)
Airway : Batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan otot bantu pernafasan,
oksigenasi, dll.
(2)
Breathing : Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk dengan beberapa bantal .
(3)
Circulation : Riwayat
fipertensi, IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok dll.
Tekanan darah, nadi apical, bunyi jantung S3 gallop, nadi perifer
berkurang, perubahan dalam denyutan nadi, vena jugularis, warna kulit kebiruan,
kuku pucat, sianosis, pembesaran hepar, bunyi nafas crackle atau ronchi edema.
Pengkajian sekunder
(1)
Aktifitas istirahat : Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat
istirahat, atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat
beraktifitas
(2) Integritas ego : Ansietas,
stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
(3)
Eliminasi : Gejala penurunan
berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari, diare/konstipasi
(4)
Makan/cairan : Hilangnya nafsu
makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan, pembengkakan ekstremitas bawah,
diit tinggi garam, penggunaan deuretik, distensi abdomen, oedema umum, dll.
(5) Hygiene : Keletihan selama
aktifitas perawatan diri dan penampilan kurang.
(6) Neurosensory : Kelemahan,
pusing, lethargy, perubahan perilaku dan mudah tersinggung
(7) Nyeri atau kenyamanan : Nyeri dada
akut-kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot dan gelisah
(8) Interaksi sosial : penurunan aktifitas
bisa dilakukan
(9) Pemeriksaan diagnostic : (a) Foto torax dapat megungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau efusi
pleura yang menegaskan diagnose CHF. (b) EKG dapat
mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi . (c) Pemeriksaan LAB meliputi : elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodialisa darah dari adanya kelebihan
retensi air, K, Na, Ureum, Gula darah.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya
curah jantung .
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan secret.
3. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
perfusi ginjal, peningkatan natrium dan retensi urin
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
volume paru, hepatomegali
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan suplai oksigen
RENCANA TINDAKAN
Penurunan perfusi jaringan
berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
Tujuan : Gangguan perfusi
jaringan berkurang atau tidak meluas selama diberikan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1) Daerah perifer hangat
2) Tidak sianosis
3) Gambaran EKG tidak menunjukkan perluasan infark
4) RR 16-24 x/menit
5) Kapiler refill 3-5 detik
6) Nadi 60-100 x/menit
7) TD : 12080 mmHg
Rencana tindakan
1) Monitor frekwensi dan irama jantung
2) Observasi perubahab status mental
3) Observasi warna dan suhu kulit, membrane mukosa
4) Ukur haluaran urin dan berat jenisnya
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan IV sesuai indikasi
6) Pantau pemeriksaan diagnostic dan LAB, misal : EKG,
elektrolit, GDA, (PaO2, PaCO2 dan saturasi O2)
dan pemeriksaan oksigen
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan sekret
Tujuan : Jalan nafas
efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan di rumah sakit
Dan Kriteria hasil :
1) Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan
oleh tekanan darah dalam batas normal
2) Tidak ada distensi vena perifer
3) Edema tidak ada
4) Paru bersih
5) Berat badan ideal
Rencana tindakan :
1) Ukur masukan dan haluaran, catat penurunan, pengeluaran,
sifat konsentrasi dan hilang
keseimbangan cairan
2) Observasi adanya edema defenden
3) Timbang BB tiap hari
4) Pertahankan masukan cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler
5) Kolaborasi pemberian diit rendah natrium, berikan
deuretik
6) Kaji JVP setelah terapi deuretik
7) Pantau CVP dan tekanan darah
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan volume paru, hepatomegali.
Tujuan : Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dirawat
dirumah sakit
Kriteria hasil
1) RR normal
2) Tidak ada bunyi nafas tambahan
3) Penggunaan otot bantu pernafasan
4) GDA normal
Rencana tindakan
1) Monitor kedalaman pernafasan, frekwensi dan ekspansi paru
2) Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu
pernafasan
3) Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi tambahan
4) Tinggikan kepala, bantu untuk mencapai porsi yang
senyaman mungkin
5) Kolaborasi pemberian oksigen dan pemeriksaan GDA
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah.
Pajajaran Bandung.
Carpenito J.L. (1998.). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8 EGC. Jakarta.
Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan
Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Hudack & Galo. (1996). Perawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI, volume I EGC.
Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran.
Media aesculapius Universitas Indonesia. Jakarta.
Kaplan, Norman M. (1991). Pencegahan Penyakit Jantung Koroner.
EGC Jakarta.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. (1993). Proses
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Krdiovaskuler.
Departemen Kesehatan. Jakarta.
KLIK DIBAWAH INI UNTUK MENDAPATKAN
FILE DALAM FORMAT MS WORD (doc)
0 Comments for "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CONGESTIF HEART FAILURE(CHF) "