LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MIOMA
UTERI
Yuflihul Khair, S.Kep.,Ns
PENGERTIAN
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus
yang disebut juga dengan Leiomyoma Uteri atau Uterine Fibroid. Myoma Uteri
umumnya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun. Dikenal ada dua tempat asal mioma uteri yaitu pada serviks uteri (2
%) dan pada korpus uteri (97%), belum pernah ditemukan myoma uteri terjadi
sebelum menarche.
PENYEBAB
Walaupun
mioma uteri ditemukan
terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari hasil penelitian Miller dan
Lipschlutz dikatakan bahwa myoma uteri terjadi tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang terus
menerus oleh hormon estrogen.
PATOFISIOLOGI
Mioma memiliki reseptor estrogen
yang lebih banyak di banding miometrium normal. Menurut letaknya, mioma terdiri
dari mioma submukosum, intramural, dan subserosum. Mioma uteri lebih sering di
temukan pada nulipara, faktor keturunan juga berperan. Mioma uteri terdiri dari
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde diliputi pseudokapsul.
Perubahan sekunder padamioma uteri sebangian besar bersifat degeneratif karena
berkurangnya aliran darah ke mioma uteri. Perubahan sekunder meliputi atrofi,
degenerasi hialin, degenerasi kistik, degenerasi membantu, degenerasi merah,
dan degenerasi lemak.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis tergantung letak
mioma, besarnya, perubahan sekunder, dan komplikasi serta hanya terdapat pada
35-50% penderita. Manifestasi klinis dingolongkan menjadi: (1) Perdarahan
abnormal, yaitu dismenore, menoragi, metroragi. (2) Rasa nyeri.
(3) Gejala dan tanda penekanan, seperti retensio urine, hidronefrosis,
hidroureter. (4) Abortus
spontan. (5) Infertilitas
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
: (1) Pemeriksaan
Darah Lengkap : Hb: turun, Albumin :
turun, Lekosit : turun / meningkat, Eritrosit :
turun. (2) USG : terlihat massa pada daerah uterus. (3) Vaginal Toucher : didapatkan perdarahan pervaginam, teraba
massa, konsistensi dan ukurannya. (4) Sitologi : menentukan tingkat
keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut. (5) Rontgen : untuk
mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat tindakan operasi.
(6) ECG : Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi. (7) Laparoskopi.
PENATALAKSANAAN MEDIS : (1) Pada mioma kecil
dan tidak menimbulkan keluhan, tidak diberikan terapi, hanya diobservasi tiap
3-6 bulan untuk menilai pembesaranya. Mioma akan lisut setelah menopause.
(2) Pemberian GnRH agonis selama 6 minggu.
(3) Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi bila besar
uterus melebihi seperti kehamilan 12-14 minggu. (4) Radioterapi.
(5) Estrogen
untuk pasien setelah menapause dan observasi setiap 6 bulan
KOMPLIKASI
Pertumbuhan
leimiosarkoma : Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa
tahun tidak membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila hal itu terjadi
sesudah menopause
Torsi
(putaran tangkai) : Ada
kalanya tangkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini
terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis
jaringan dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
Nekrosis
dan Infeksi : Pada
myoma subserosum yang menjadi polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui
kanalis servikalis dan dilahirkan dari vagina, dalam hal ini kemungkinan
gangguan situasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
PENGKAJIAN
Pengkajian
adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan.
Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data, pengelompakan
data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan (Depkes RI, 1991 ).
Pengumpulan
Data : Pengumpulan
data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien. Data
yang dapat dikumpulkan pada klien sesudah pembedahan Total Abdominal
Hysterektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO ) adalah sebagai
berikut:
Usia
: (1) Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan
pada usia 35 tahun keatas. (2) Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri
akan berkurang. (3) Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap
perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
Keluhan
Utama : Keluhan yang timbul pada hampir tiap
jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi torehan tarikan, manipulasi
jaringan organ.Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam. Adapun
yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut
adalah : (1) Lokasi nyeri . (2) Intensitas nyeri (3) Waktu dan durasi. (4) Kwalitas
nyeri.
Riwayat
Reproduksi : (1) Haid
: Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
(2) Hamil dan
Persalinan : (a) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma
uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii dihasilkan dalam jumlah
yang besar. (b) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi
psikologi klien dan keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
Data
Psikologi : Pengangkatan
organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional klien dan
diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai lambang
feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya
perasaan kewanitaan. Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual
perlu ditangani . Beberapa wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas
terhalangi atau hilangnya kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan
terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
Status
Respiratori : Respirasi
bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat
lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran
nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
Tingkat Kesadaran : Tingkat kesadaran dibuktikan melalui
pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat
kesadaran merupakan gejala syok.
Status
Urinari : Retensi
urine paling umum terjadi setelah
pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik
biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam
setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan
tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
Status
Gastrointestinal : Fungsi
gastrointestinal biasanya pulih pada
24-74 jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada
penekanan intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
Diagnosa Keperawatan :
(1) Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan
penekanan oleh massa jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya, gangguan
sensorik / motorik. (2) Gangguan rasa
nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot. (3) Ganguan
konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki
anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual. (4) Resiko tinggi
syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan yang berulang-ulang. (5) Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Rencana tindakan keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
||
Tujuan dan criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system
saraf akibat penyempitan kanalis servikalis oleh myoma
|
Klien
dapat mengontrol nyerinya dengan criteria hasil mampu mengidentifikasi cara
mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya.
|
Observasi
adanya nyeri dan tingkat nyeri.
Ajarkan
dan catat tipe nyeri serta tindakah untuk mengatasi nyeri
Ajarkan
teknik relaksasi
Anjurkan
untuk menggunakan kompres hangat
Kolaborasi
pemberian analgesik
|
Memudahkan tindakan
keperawatan
Meningkatkan persepsi
klien terhadap nyeri yang dialaminya.
Membantu mengurangi
nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien.
Meningkatkan
kenyamanan klien
Mengurangi nyeri
|
Gangguan
eliminasi urine (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik / motorik.
|
Pola
eliminasi urine ibu kembali normal dengan criteria hasil ibu memahami
terjadinya retensi urine, bersedia melakukan tindakan untuk mengurangi atau
menghilangkan retensi urine.
|
Catat
pola miksi dan monitor pengeluaran urine
Lakukan
palpasi pada kandung kemih, observasi adanya ketidaknyamanan dan rasa nyeri.
Anjurkan
klien untuk merangsang miksi dengan pemberian air hangat, mengatur posisi,
mengalirkan air keran.
|
Melihat perubahan
pola eliminasi klien
Menentukan tingkat
nyeri yang dirasakan oleh klien
Mencegah terjadinya
retensi urine
|
Ganguan
konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang ketidakmampuan memiliki
anak, perubahan dalam masalah kewanitaan, akibat pada hubungan seksual.
|
Konsep
diri klien tidak mengalami gangguan dengan criteria hasil menerima keadaan
dirinya, menyatakan bersedia untuk dilakukan tindakan termasuk tindakan
pembedahan
|
Beritahu
klien tentang siapa saja yang bisa dilakukan histerektomi dan anjurkan klien
untuk mengekpresikan perasaannya tentang histerektomi
Kaji
apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
Memotivasi
klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai tindakan pembedahan dan
pengaruhnya terhadap diri klien
Ciptakan
lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk membicarakan
keluhan-keluhannya.
|
Mengurangi kecemasan
dan meningatkan harga diri klien
Identifikasi kekuatan
dan kelemahan klien
Mengurangi kecemasan
Meningkatkan harga
diri klien dan berperan aktif dalam perencanaan perawatan bagi diri klien
|
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri &
Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung
Carpenito, Lynda Juall,
2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Galle, Danielle.
Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta
Hartono, Poedjo. 2000.
Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining di Indonesia. Kursus Pra
kongres KOGI XI Denpasar. Mimbar Vol.5 No.2 Mei 2001
Saifidin, Abdul
Bari,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta
KLIK DOWNLOAD DIBAWAH INI UNTUK MENDAPATKAN
FILE LENGKAP DALAM BENTUK PDF
Tag :
KEPERAWATAN MATERNITAS
0 Comments for "LP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MIOMA UTERI "